Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Pemanfaatan Media Cuplikan Film Sejarah
Tuesday, 5 February 2013 (13:32) | 4,086 views | Print this Article
Oleh: MUKHLIS, S.IP, S.Pd.
Guru SMP 3 Sragi Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, anggota ISPI
Abstrak
Minat siswa rendah terhadap pelajaran IPS untuk materi sejarah timbul karena siswa beranggapan bahwa sejarah berkaitan dengan masa lalu yang tidak berhubungan dengan kehidupan siswa sekarang. Dengan minat yang rendah, sulit untuk tumbuh motivasi terhadap pelajaran. Anggapan salah tentang: peristiwa sejarah tidak ada sangkut pautnya dengan masa kini dan masa yang akan datang, yang ada pada pikiran siswa, perlu diluruskan.
Pembelajaran yang baik, guru harus mampu membangkitkan minat siswa dalam belajar. Dave Meier (2005), menjelaskan bahwa kegembiraan dapat meningkatkan minat, menimbulkan keterlibatan penuh, terciptanya makna belajar dan pemahaman pada diri siswa. Cuplikan film sejarah, dapat dijadikan media pembelajaran untuk memantik suasana kegembiraan siswa dalam belajar.
Low student interest in the IPS studies for historical materials arise because students assume that history deals with of the past that is not related to students’ lives today. With low interest, it is difficult to grow motivation towards learning. This assumption was wrong about: historical events had nothing to do with the present and the future, that is on the minds of students, needs to be clarified.
A good learning process, teachers must be able to arouse students’ interest in learning. Dave Meier (2005), explained that excitement can increase interest, raises full involvement, the creation of meaning and understanding of the self-study students. Historical film snippet view, can be used as a medium of learning to ignite students’ excitement in learning atmosphere.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran dikatakan efektif hanya terjadi jika dapat mengakibatkan kegiatan belajar pada diri siswa (Syamsudin, 2005). Sementara itu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP 3 Sragi Tahun 2011/2012, menyebutkan bahwa, keberhasilan pembelajaran siswa secara individu tercapai jika siswa telah tuntas yang ditandai dengan telah dicapainya angka KKM. Sedangkan keberhasilan secara klasikal ditetapkan dengan ketentuan 85% dari jumlah peserta didik dalam kelas tersebut sudah tuntas.
Hasil pembelajaran IPS khususnya untuk materi Sejarah di SMP 3 Sragi secara empiris tahun pelajaran 2011/2012, ketuntasan klasikalnya hanya mencapai 73%. Kegiatan refleksi yang dilakukan menduga rendahnya daya serap siswa dalam materi sejarah tersebut disebabkan karena siswa kurang minat terhadap pelajaran sejarah. Arti penting sejarah bagi kehidupan, belum mereka miliki. Bisa jadi karena pembelajaran sejarah selama ini yang diikuti hanya berupa informasi dan bersifat hafalan. Sehingga pelajaran ditangkap oleh siswa sebagai sesuatu yang membosankan.
Disamping itu siswa enggan memabaca buku, walaupun sebenarnya sekolah sudah memberi pinjaman buku kepada siswa untuk dibawa pulang agar bisa dibaca di rumah. Sikap siswa enggan membaca buku materi pelajaran tersebut juga disebabkan karena rendahnya minat pada materi pelajaran sejarah, sehingga berdampak pada kurangnya motivasi dalam belajar.
Rendahnya daya serap siswa dalam pembelajaran juga disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Guru kurang menguasai metode pembelajaran yang tepat pada materi IPS sejarah. Diperparah lagi karena ketersediaan media pembelajaran yang tidak memadai untuk bisa dimanfaatkan oleh guru dalam menjelaskan materi sejarah. Walaupun ada media pembelajaran, namun hanya berupa foto-foto pahlawan yang kurang menarik dan dianggap kuno oleh siswa.
Seharusnya untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah, guru bisa menggunakan media pembelajaran yang lebih bisa merangsang daya pikir, perasaan, yang akhirnya menumbuhkan perhatian dan minat siswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Saefudin Husni (2004), bahwa yang dimaksud media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan / informasi yang dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik yang dilakukan dengan sengaja dan terarah guna memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar pada diri peserta didik dengan mudah.
Begitu pentingnya media pembelajaran dalam menumbuhkan minat siswa, maka penggunaan dan pemilihan media yang tepat menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh guru. Tanpa media yang mendukung materi pembelajaran, maka kualitas pembelajaran menjadi rendah. Jangan menyalahkan siswa kalau kemudian siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran. Dengan rendahnya minat siswa pada pembelajaran yang berlangsung sudah pasti sulit diharapkan siswa bisa menguasai kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Artinya tanpa minat, prestasi belajar siswa pasti kurang maksimal.
Jika melihat rambu-rambu keberhasilan pembelajaran di atas, kemudian membandingkannya dengan fakta capaian nilai hasil evaluasi yang ada, maka penulis berkesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran IPS sejarah di SMP 3 Sragi terdapat masalah. Masalah yang penulis temukan berpusat pada rendahnya minat siswa pada pembelajaran materi IPS sejarah, sehingga menyebabkan daya serap untuk materi tersebut rendah. Berangkat dari adanya masalah tersebut, penulis sebagai guru berkewajiban untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya masalah, dan sekaligus ingin mencoba melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas.
Melihat dari masalah yang ada, penulis berusaha merancang tindakan perbaikan pembelajaran. yang terfokus pada bagaimana meningkatkan minat siswa dalam pemabelajaran IPS sejarah sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya persentase ketuntasan klasikal. Perbaikan pembelajaran yang dimaksud adalah pemanfaatan media cuplikan film sejarah dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran sejarah.
1. Identifikasi Masalah
Dari masalah yang sudah ditemukan, penulis bersama teman sejawat mencoba mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang mendukung munculnya masalah, sebagai berikut:
1. Guru kurang menguasai metode pembelajaran yang tepat untuk materi sejarah.
2. Siswa enggan membaca buku pegangan, setiap kali ada pelajaran tidak pernah membaca materi terlebih dahulu, akibatnya kurang bisa menghayati nilai-nilai kesejarahan yang diajarkan.
3. Siswa kurang minat terhadap peristiwa-peristiwa sejarah.
4. Media pendukung untuk materi sejarah hampir tidak ada, kalaupun ada hanya berupa gambar pahlawan yang menurut siswa sudah kuno dan tak mempunyai daya tarik.
2. Analisis Masalah
Dari kegiatan diskusi dengan teman sejawat secara mendalam, hasil identifikasi masalah tersebut selanjutnya penulis mencoba menganalisisnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif sebagai berikut:
1) Apakah guru sudah menggunakan media pembelajaran?
2) Apakah media pembelajaran yang digunakan mendukung/sesuai dengan pembahasan materi?
3) Apakah media yang digunakan cukup menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa?
4) Mengapa siswa cenderung kurang minat pada pembahasan sejarah?
5) Apakah karena minat yang kurang terhadap materi pembahasan menjadi penyebab siswa enggan membaca buku materi pegangan siswa?
6) Mengapa siswa kurang tertarik pada foto/gambar pahlawan?
7) Media pembelajaran apa yang bisa menumbuhkan minat siswa dalam mempelajari sejarah?
8) Apakah perlu memanfaatkan teknologi informasi (IT) untuk mendukung pembelajaran materi sejarah?
Dari pertanyaan-pertanyaan reflektif yang dicatat kemudian didiskusikan kembali bersama kolaborator dan akhirnya disepakati hal-hal berikut ini:
1) Perlunya pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat agar pembelajaran menjadi efektif.
2) Untuk meningkatkan minat siswa, proses pembelajaran bisa menggunakan film-film yang bernilai sejarah (cukup dalam bentuk cuplikan) sehingga pembelajaran lebih menarik.
3) Siswa kurang mau memanfaatkan buku sebagai sumber belajar, lebih disebabkan karena rendahnya minat terhadap materi pelajaran. Setelah minat siswa tumbuh dengan penggunaan media yang menarik, guru bisa menggunakan metode pembelajaran yang mendorong siswa mau membaca buku. Misalnya dengan memasukkan metode tanya jawab dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
3. Pembatasan Masalah
Dari masalah yang telah diidentifikasi, tidak semua bisa dipecahkan secara simultan. Hanya masalah yang menurut penulis perlu dan sangat mendesak untuk diketahui. Hal ini karena keterbatasan waktu dan tenaga, dimana peneliti harus tetap melaksanakan pembelajaran sesuai jadwal yang ada, bukan hanya melakukan penelitian untuk masalah ini.
Adapun permasalah yang mendesak dan akan menjadi fokus untuk diteliti adalah berkaitan dengan rendahnya minat siswa SMP 3 Sragi pada pembelajaran materi IPS sejarah. Penulis menduga, kalau masalah rendahnya minat belajar siswa berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang membosankan karena siswa harus mengingat peristiwa-peristiwa sejarah, yang nota bene-nya adalah peristiwa yang sudah berlalu dan tidak berkaitan dengan kehidupannya sekarang.
Berkaitan dengan dugaan tersebut penulis mencoba memilih alternatif cara untuk mengatasi dengan membidik masalah, bagaimana meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran materi sejarah, dengan asumsi jika minat siswa meningkat, maka dapat meningkat pula kualitas pembelajaran yang dilaksanakan.
Rumusan Masalah
Dari kegiatan menganalisis terhadap masalah yang ada, dan membatasi permasalahan sehingga lebih memfokuskan pada masalah yang perlu dan mendesak untuk diperbaiki, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
“Bagaimanakah upaya meningkatkan minat siswa dalam belajar, agar tercipta pembelajaran IPS sejarah yang berkualitas?”
Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan media cuplikan film sejarah dalam meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran materi IPS sejarah di SMP 3 Sragi. Tujuan tersebut dibangun dari sub-sub tujuan berikut:
1. Mengetahui efektifitas media cuplikan film sejarah dalam meningkatkan perhatian dan minat (rasa ingin tahu) siswa dalam pembelajaran.
2. Mengetahui pengaruh media pembelajaran yang berbasis IT terhadap respon siswa dalam belajar.
3. Mengetahui sejauh mana minat siswa berpengaruh pada prestasi belajar.
Manfaat Hasil Penelitian
Secara teoritis manfaat penelitian tindakan kelas dapat berdampak pada peningkatan profesional bagi peneliti dalam mengaplikasikan keilmuannya. Disamping itu juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa karena ada upaya perbaikan-perbaikan terhadap kelemahan yang ditemukan dalam penelitian.
Adapun manfaat praktisnya berupa:
1. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam menguasai standar kompetensi dalam pembelajaran materi IPS sejarah.
2. Manfaat bagi guru
1) Memperoleh pengalaman professional dalam melakukan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan media cuplikan film sejarah untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar.
2) Memperoleh pengalaman professional dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPS sejarah melalui upaya peningkatan minat siswa dalam belajar.
2. Manfaat bagi sekolah
Penelitian dilakukan untuk memajukan sekolah. Dengan adanya guru yang melakukan penelitian, secara otomatis akan terbentuk guru yang profesional. PTK itu sendiri merupakan kegiatan memperbaiki proses pembelajaran yang berdampak langsung pada upaya peningkatan prestasi siswa. Oleh karena itu jelas sekali manfaat langsung bagi sekolah adalah meningkatnya prestasi layanan pendidikan kepada masyarakat, yang berarti mendukung visi dan misi sekolah. Dengan adanya penelitian ini juga bisa meningkatkan gairah rekan guru untuk berupaya mengadakan perbaikan pembelajaran. Semakin banyak guru yang melakukan perbaikan pembelajaran diharapkan prestasi sekolah akan meningkat lebih baik.
Landasan Teori
1. Pengertian Pembelajaran dan Pembelajaran yang Berkualitas
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari minat dan motivasi siswa dan kreatifitas pengajar. Pembelajar (siswa) yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Dari uraian di atas, akhirnya dapat diidentifikasikan tentang kualitas pembelajaran yang baik sebagai pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif tampak dari proses pembelajaran yang menyediakan kesempatan siswa bisa belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna. Ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Syamsudin (2005); Pembelajaran dikatakan efektif hanya terjadi jika dapat mengakibatkan kegiatan belajar pada diri siswa. Lebih spesifik untuk mengetahui efektivitas pembelajaran bisa ditunjukkan dengan adanya kenaikan dalam prestasi hasil evaluasi pada tiap akhir pembelajaran berlangsung.
2. Minat dan Motivasi Belajar
Minat belajar mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar siswa. Tanpa adanya minat tidak mungkin terjadi proses belajar. Minat terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan minat dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada minat terhadap pelajaran yang dipelajari, maka perlu ada upaya agar muncul minat siswa terhadap apa yang harus dipelajari.
Dalam proses pembelajaran, minat merupakan faktor yang besar pengaruhnya. Oleh karena itu jika siswa tidak mempunyai minat, yang perlu diupayakan adalah memberi stimuli yang terkait dengan pembelajaran tersebut. Dalam hal ini guru sebagai pihak yang akan membimbing proses pembelajaran siswa dapat memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut sehingga dapat membangkitkan minat siswa.
Minat belajar yang tinggi dapat menimbulkan adanya motivasi/mendorong siswa untuk mengarahkan diri pada tugas yang diberikan; melihat masalah-masalah yang diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan.
Di samping minat belajar, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motif dapat merupakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan (Sardiman: 2001). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa motivasi menjadi tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Termasuk bagi siswa yang melakukan kegiatan belajar.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Ada atau tidak adanya motivasi dalam diri siswa dapat diamati dengan mengobservasi tingkah lakunya. Apabila siswa mempunyai motivasi, akan tampak sebagai berikut:
1) Bersungguh-sungguh, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar;
2) Berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut;
3) Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.
Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkaitan dengan bentuk motivasi yang diberikan oleh guru yang paling baik jika guru berusaha membangkitkan motivasi siswa dalam belajar sehingga muncul motivasi dalam diri siswa (inner motivation).
3. Pentingnya Media Pembelajaran
Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahui dari informasi yang disampaikan guru. Sayangnya karakteristik pelajaran sejarah tidak memungkinkan kondisi seperti itu bisa berlangsung. Hal ini karena sejarah berkaitan dengan peristiwa yang sudah berlalu. Berkaitan dengan masalah ini perlu adanya rekayasa pengalaman, misalnya dengan melalui melihat langsung peristiwa sejarah melalui media film.
Dengan adanya media yang memungkinkan siswa lebih merasa terlibat langsung (walaupun hanya rekayasa melalui media film), maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Khususnya dalam pembelajaran sejarah, arah yang akan dicapai adalah pemahaman emosional sejarah. Bukan hanya pemahaman ingatan belaka. Dalam hal ini ada petunjuk yang menjelaskan pentingnya media untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Filosof Cina, Confusius menjelaskan seperti yang ditulis oleh Mustakim (2008); “Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham.” Dari kata-kata bijak ini kita dapat mengetahui betapa pentingnya media pembelajaran dan keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
4. Pengertian Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Menurut Moh. Ali (2000) dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, menjelaskan pengertian sejarah sebagai berikut:
1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Sedangkan menurut Roeslan Abdulgani menyoroti sejarah sebagai suatu ilmu menjelaskan bahwa, Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
Dari beberapa uraian di atas penulis membuat kesimpulan sederhana bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting. Maksudnya, peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa (abadi), peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua kalinya (bersifat unik), peristiwa sejarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang banyak.
Terkait dengan pentingnya pembelajaran sejarah, Mustakim (2008) menjelaskan bahwa Prof. Dr. Kuntowijoyo pakar sejarah UGM, pernah menyatakan dalam buku berjudul Pengantar Ilmu Sejarah, bahwa orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataan bahwa sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan di sepanjang waktu, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu. Sebagai intelektual yang mendedikasikan hidupnya untuk penulisan dan pengajaran Ilmu Sejarah, Kuntowijoyo benar ketika mengatakan bahwa sejarah itu perlu hingga kemudian ia ditulis, didokumentasikan, dan diajarkan.
Sejarah sebagai tulisan atau dokumentasi merupakan sarana penting bagi manusia dalam mempelajari kemajuan dan kemunduran yang terkandung dalam berbagai peristiwa di masa lalu. Dengan demikian, pelajaran dari peristiwa masa lalu yang sudah menjadi unsur-unsur sejarah berguna dalam memaknai hidup yang tengah berjalan demi kemajuan di masa depan.
5. Film Sejarah
Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut ‘sinema’. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan teknik rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera dan/atau oleh animasi (www.id.wikipedia.org).
Film dikelompokkan dalam berbagai kategori sesuai dengan kartakteristik film tersebut. Ada istilah film anak-anak dan dewasa, ada juga istilah film drama dan film laga. Pemberian istilah tersebut berkaitan dengan ciri yang melekat pada cerita yang diangkat, maupun peruntukan untuk apa/siapa film tersebut diproduksi. Adapun film yang mengangkat cerita sejarah dikategorikan dengan istilah film sejarah.
Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pemanfaatan media film sejarah sebagai alat untuk mendukung pembelajaran sejarah pernah dilakukan oleh Mustakim, S.S; guru SMA Muhammadiyah I Gresik, pada tahun 2008. Penelitian tersebut mengangkat masalah efektivitas pemanfaatan media film sejarah dalam belajar siswa dengan rumusan masalah “Bagaimana efektivitas pemanfaatan media Film Sejarah (FARAH) terhadap hasil belajar siswa?” Adapun hasil akhir dari penelitian tersebut penulis kutip sebagai berikut:
“1) Proses pembelajaran dengan memanfaatkan Film Sejarah (FARAH) menda¬pat tanggapan yang positif dari siswa karena dianggap sangat menarik, le¬bih mudah dipahami, membangkitkan keinginan untuk menggali sejarah, dan sangat setuju dilanjutkan penggunaannya dalam proses pembelajaran sejarah di SMA Muhammadiyah I Gresik-Jawa Timur. 2) Pembuatan dan pemanfaatan Film Sejarah (FARAH) sebagai media dalam mengefektifkan pembelajaran sejarah Kelas XI-IS I SMA Muhammadiyah I Gresik, khusus SK I., KD 1.3., dan materi tentang hipotesis para ahli tentang penyebaran Islam di Indonesia , sumber dan bukti penyebaran Is¬lam di Indonesia , dan posisi Gresik dalam jaringan penyebaran Islam di Indonesia , terbukti efektif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).”
Berdasar temuan penelitian yang sudah ada tersebut, penulis mencoba mengangkat masalah penggunaan media film sejarah untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS sejarah di SMP 3 Sragi.
Kerangka Berpikir
Upaya meningkatkan minat siswa terhadap materi IPS sejarah dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran di SMP 3 Sragi, dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir seperti telah diuraikan di atas maka diajukan hipotesis tindakan bahwa melalui penggunaan media cuplikan film sejarah dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran IPS sejarah sehingga terjadi peningkatan kualitas pembelajaran di kelas IX D SMP 3 Sragi Kabupaten Pekalongan Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013.
Metodologi Penelitian
1. Seting Penelitian
1) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester gasal tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan waktu penelitian ini karena pada semester gasal terdapat Standar Kompetensi (SK) yang harus dicapai berkaitan dengan materi sejarah. Dimana berdasar pengalaman penulis dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk materi sejarah tersebut rat-rata minat siswa rendah sehingga daya serap untuk SK tersebut rendah pula.
2) Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP 3 Sragi Kabupaten Pekalongan, dengan lokasi pada kelas IX D.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas IX D SMP 3 Sragi Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 13 siswa putra dan 16 siswa putri.
3. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari siswa, berupa data hasil angket, data hasil tes, dan data hasil wawancara. Selain sumber yang berasal dari siswa, data juga diperoleh dari kolaborator (teman sejawat) yang mengamati dan memberi penilaian terhadap jalannya penelitian khususnya pada saat peneliti melaksanakan proses pembelajaran.
4. Teknik dan Alat Pengumpul Data
1) Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan:
a. Observasi
b. Angket
c. Tes
d. Wawancara
2) Alat pengumpuan data berupa:
a. Lembar observasi
b. Lembar angket
c. Lembar butir soal tes dan norma penilaian tes
d. Pedoman wawancara
5. Validasi Data
1) Untuk data hasil tes divalidasi dengan instrument tes. Instrumen tes berupa
lembar butir soal setelah diujicobakan kemudian dilakukan analisis butir
soal untuk mengetahui realibilitas dan validitas soal. Dari hasil analisis
tersebut dapat dijadiakan untuk validasi data yang berupa hasil tes.
2) Untuk data yang berupa hasil observasi dan wawancara divalidasi melalui
triangulasi sumber maupun triangulasi metode.
6. Analisis Data
Data yang terkumpul dari kegiatan observasi, wawancara, angket, maupun hasil tes, selanjutnya dianalisis secara utuh dan objektif untuk proses penyimpulan yang objektif pula.
Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif komparatif untuk data berupa hasil tes. Cara yang dilakukan adalah dengan membandingkan nilai rata-rata antar siklus, maupun membandingkannya dengan indikator kinerja.
Untuk data hasil observasi maupun wawancara dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, berdasarkan hasil observasi dan refleksi.
7. Indikator Kinerja
1) Ada peningkatan minat siswa yang ditandai semakin tinggi keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2) Ada peningkatan prestasi belajar siswa yang ditandai telah dicapainya
ketuntasan belajar klasikal, yakni 85% atau lebih siswa sudah mencapai
KKM.
8. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus dirancang dengan empat langkah kegiatan yaitu:
1) Planning
Planning merupakan kegiatan merencanakan. Berupa membuat RPP, menyiapkan instrument untuk pengumpulan data, melakukan koordinasi dengan teman sejawat yang menjadi kolaborator dalam penelitian.
2) Acting
Acting maksudnya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan bersama siswa. Kegiatan ini dilangsungkan sesuai jadwal pelajaran yang sudah disusun oleh bagian pengajaran SMP 3 Sragi pada semester gasal tahun pelajaran 2012/2013. Jadi tidak menggunakan waktu khusus, karena pelaksanaan penelitian ini bersifat integral dengan proses pembelajaran sehari-hari.
3) Observing
Observing yakni kegiatan mengamati pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Pengamatan ini dilaksanakan menggunakan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya dengan fokus pengamatan yang sudah dibahas bersama antara guru peneliti dan kolaborator.
4) Reflecting
Reflecting, maksudnya kegiatan refleksi dan mengevaluasi, melihat kekuatan dan kelemahan terhadap proses pembelajaran yang sudah berlangsung. Kegiatan ini dilakukan bersama oleh guru peneliti dan kolaborator setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi ini digunakan sebagai dasar dalam membuat perencanan maupun mengambil tindakan selanjutnya.
HASIL PENELITIAN
Dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan penulis pada siklus penelitian yang pertama, menunjukkan adanya peningkatan minat siswa yang terlihat dari hasil wawancara dan angket yang menunjukkan peningkatan 20% dibanding dengan minat siswa dalam mengikuti pelajaran IPS sebelum menggunakan media cuplikan film sejarah. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat juga menunjukkan adanya respon siswa yang meningkat terbukti dengan seringnya siswa yang aktif terlibat dalam proses pembelajaran di kelas. Disamping itu, dilihat dari hasil tes yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan daya serap, dari nilai rata-rata 66,45 (sebelum tindakan perbaikan pembelajaran) menjadi rata-rata 73,97 (nilai rata-rata setelah pembelajaran menggunakan media cuplikan film).
Hasil refleksi perbaikan pembelajaran pada siklus pertama yang dilakukan bersama dengan teman sejawat dan pembimbing, merekomendasikan untuk melanjutkan penelitian pada siklus kedua. Hal ini dipandang perlu karena walaupun ada peningkatan minat maupun hasil belajar siswa, namun belum menunjukkan perubahan/peningkatan yang signifikan.
Pelaksanaan pembelajaran siklus kedua dilakukan setelah melalui tahap persiapan yang baik. Alat ukur masih sama menggunakan lembar pedoman wawancara, lembar angket, lembar observasi dan instrument tes tertulis.
Hasil dari pelaksanaan penelitian siklus kedua menunjukkan data adanya peningkatan minat siswa yang cukup baik, dari 20% pada siklus pertama menjadi 50% pada siklus kedua. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok dan pemberian tugas, tampak semua siswa aktif terlibat. Hasil tes yang dilaksanakan dalam kegiatan akhir pembelajaran menunjukkan nilai rata-rata kelas 84,00 dengan jumlah siswa yang telah tuntas mencapai 90% (27 siswa tuntas/mencapai KKM dan hanya 2 siswa yang masih belum mencapai KKM).
SIMPULAN DAN SARAN
Dari data-data hasil penelitian yang penulis laksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Media Cuplikan Film Sejarah dalam kegiatan pembelajaran IPS di SMP 3 Sragi, terbukti cukup efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran meningkat, karena adanya minat dan perhatian siswa yang muncul lantaran terpicu oleh cuplikan film sejarah yang digunakan sebagai media.
2. Minat siswa dalam belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dalam proses perbaikan pembelajaran dalam dua siklus kegiatan Penelitian Tindakan Kelas. Data hasil penelitian menunjukkan: Peningkatan minat siswa dalam belajar diikuti dengan meningkatnya rata-rata prestasi belajar.
3. Hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa, “Melalui penggunaan media cuplikan film sejarah dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran IPS sejarah sehingga terjadi peningkatan kualitas pembelajaran”, ternyata terbukti dan dapat diterima.
Berkaitan dengan hasil penelitian ini, penulis menyarankan kepada semua guru untuk memahami dan menyadari pentingnya minat siswa dalam mencapai keberhasilan belajar siswa. Sebaiknya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, guru berusaha untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar. Dari adanya minat inilah muncul motivasi yang pada akhirnya mendorong siswa menjadi aktif terlibat secara penuh baik fisik maupun emosionalnya dalam proses belajar di kelas.
Kepada rekan-rekan guru IPS, perlu kiranya memilih metode dan media yang sesuai, yang dapat mendudkung dalam peningkatan minat siswa dalam mengikuti proses belajar di kelas. Selain metode dan media yang sesuai, perlu dicoba menggunakan media cuplikan film sejarah untuk mendukung proses pembelajaran khususnya pada pokok bahasan materi sejarah. Dengan media cuplikan film sejarah, materi sejarah lebih bisa diterima siswa sebagai bagian dari proses kehidupan manusia khususnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Itu artinya materi sejarah bisa betul-betul diterima dan dihayati oleh siswa, bukan di hindari apalagi ditolak dalam daya pikir siswa.
Pembelajaran dengan media film sejarah cukup membantu dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu perlu kiranya semua guru IPS bisa mendayagunakan teknologi informasi (komputer dan internet) untuk mendukung dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
______________________
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi.1985. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakttik. Jakarta:
Bina Aksara
Husni, Saefudin. 2004. Memaksimalkan Penggunaan Model Sebagai Alat
Pembelajaran Fisika (Artikel). Gerbang Majalah Pendidikan edisi 11.
Yogyakarta: LP3 UMY
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP 3 Sragi Tahun 2012/2013.
Pekalongan: SMP 3 Sragi.
Meir, Dave.2005. The Accelerated Learning Handbook. Terjemahan dalam Bahasa
Indonesia. Bandung: Kaifa
Mustakim. 2008. Pembuatan dan pemanfaatan Film Sejarah (FARAH) sebagai
media dalam mengefektifkan pembelajaran sejarah Kelas XI-IS I SMA
Muhammadiyah I Gresik. Hasil Penelitian Pendidikan.
Sardiman, AM. 2004. Pengetahuan Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Wardani, IGAK. 2000. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Wijayanti Maghfira. 2004. Motivasi Salah Satu Upaya Peningkatan Mutu Belajar
Siswa (Artikel). Buletin Pusat Perbukuan, Vol 10. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
http://id.wikipedia.org
http://www.ispi.or.id
Biodata Penulis
Mukhlis, Guru SMP 3 Sragi Pekalongan Jawa Tengah yang juga anggota ISPI ini, menjadi guru sejak tahun 1986 setelah menamatkan program D2 dari IKIP Semarang. Tahun 1992 Masuk FISIP jurusan Administrasi Negara di UT. S1 jurusan Pendidikan Ekonomi dan Koperasi diselesaikannya pada tahun 2008. Kegiatan menulis yang sering dilakukan membawanya pada predikat Juara Nasional dalam Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan dua tahun berturut-turut (2011 dan 2012).
Karya tulisnya antara lain:
– Wisata Kemanusiaan Palang Merah Remaja, dimuat di MOP majalah pelajar Jawa Tengah.
– Wisata Anak Sekolah: Pendapatan Daerah yang Belum Digarap, dimuat di Majalah KOTA SANTRI yang diterbitkan Humas Pemerintah Kabupaten Pekalongan.
– Mencegah Budaya Anti Kualitas, Juara harapan lomba menulis artikel ISPI dalam rangka Hari Pendidikan Nasional Tahun 2011.
– Qonita: Remaja Peduli Lingkungan, Juara III Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2011, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
– Menuju Kecerdasan Finansial, Juara I Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2012, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tulisan lain yang berkaitan:




