JAKARTA – Walaupun kurikulum 2013 hanya akan diujicobakan di sejumlah sekolah, Kementerian Pendidikan tetap akan mendistribusikan buku dan silabus secara terpusat. Untuk itu, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) akan menguji kualitas buku panduan dan silabus yang akan dipakai.
“Saat ini, pembuatan silabus dan buku untuk kurikulum 2013 sedang disiapkan. Malam ini (kemarin) kami akan didiskusikan dengan Wakil Presiden Boediono,” kata anggota BSNP, Prof Djaali, saat ditemui di sela-sela seminar internasional bertema “Kepemimpinan di Sekolah untuk Masa Depan yang Lebih Baik” di Jakarta, Selasa (7/5).
BSNP sudah menilai kelayakan buku selama satu bulan terakhir. Djaali mengatakan penilaian buku bertujuan agar buku yang nantinya beredar benar-benar sempurna. “Prinsip kita, buku harus memenuhi standar. Mudah-mudahan sebelum dicetak sudah memenuhi standar yang sudah ditentukan,” jelas Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta itu.
Adapun kriteria standar kelayakan buku yang dinilai BSNP adalah isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikaan. Setelah dinyatakan siap, buku tersebut akan disebarkan di sekolah yang sudah ditunjuk untuk menerapkan kurikulum 2013 pada Juli 2013 ini.
Awal April lalu, BSNP menilai kualitas buku masih rendah. Ini yang membuat BSNP membentuk tim ad hoc yang terdiri dari 50 ahli untuk mengecek ulang buku yang sudah selesai ditulis. “Banyak penyempurnaan yang harus dilakukan sampai memenuhi standar mutu,” jelas Djaali saat itu.
Seperti diketahui, buku kurikulum 2013 untuk tingkat SD ada 8 buku umum dan 12 buku agama. Di tingkat SMP, ada 9 buku untuk sembilan mata pelajaran dan 6 buku agama. Adapun di SMA dan SMK hanya ditulis 3 buku, yakni buku untuk mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah Indonesia.
Sementara itu, Wakil Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim, di Jakarta, Selasa, mengatakan Kemdikbud menutup sementara tender pengadaan buku kurikulum baru 2013 yang telah dibuka secara online pertengahan April 2013 lalu. Hal ini dilakukan karena Kemdikbud tengah meghitung ulang besaran Harga Perkiraan Sendiri (HPS) lelang seiring dengan perubahan jumlah sekolah sasaran kurikulum 2013 yang baru ditetapkan Senin (6/5) kemarin.
“Iya, kami tutup sementara tendernya karena kemarin itu sasaran kita 30 persen SD, 100 persen SMP, 100 persen SMA. Sekarang sasaran turun, maka dihitung ulang berapa biaya nomimal tendernya,” ungkap Musliar.
Kemungkinan Gagal
Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof Soedijarto, mengatakan jumlah sasaran kurikulum, yakni 6.410 sekolah, seperti dikemukakan Mendikbud, M Nuh, terlalu sedikit untuk disebut sebagai sebuah penerapan sebab jumlah sekolah di seluruh Indonesia mulai SD hingga SMA/SMK ada 207.114. Jadi, penerapan di 6.410 sekolah berarti hanya 3 persen dari total sekolah.
Di satu sisi, Soedijarto meminta pemerintah realistis bahwa kurikulum 2013 ini dipersiapkan secara terburu-buru dan memang jauh dari kata siap. “Sehingga jika penerapannya dipaksakan tahun ini, akan berpotensi gagal dan akhirnya mengorbankan peserta didik,” tegas Soedijarto.
Sumber : Koran Jakarta