Banjir dan Pendidikan Lingkungan Hidup
Thursday, 30 January 2014 (20:55) | 644 views | Print this Article
Oleh : Mukhlis, S.Pd., S.Ip.
Guru SMP 3 Sragi Pekalongan, Mahasiswa Pascasarjana STAIN Pekalongan, Anggota ISPI

Mukhlis
Banjir tahun ini menjadi berita besar. Hampir semua media massa menginformasikan banjir. Tidak hanya di ibukota saja, banjir tahun ini hampir merata seluruh daerah terkena musibah banjir. Komentar seputar banjir beragam. Sebagian besar komentar tersebut bernada negatif. Hanya sebagian kecil yang memandang banjir dari sisi positif. Misalnya saja ada reporter TV yang mengomentari tentang berkah banjir bagi sebagian penduduk Jakarta yang memperoleh pendapatan dari jasa mendorong mobil mogok, atau jasa mengangkut motor dengan gerobak dorong sehingga pengendara motor bisa selamat dari jebakan banjir.
Sesungguhnya musibah banjir tidak selamanya bernilai negatif. Dari musibah ini ada pelajaran berharga bagi setiap orang untuk memahami bagaimana kita harus memperlakukan alam ini. Bagaimanapun juga kita harus mau mengakui hukum yang berlaku di alam ini; sebab tidak mungkin kita mampu melawan hukum alam. Hehehe… ada yang mau nyoba melawan alam?
Sebagai pribadi ataupun sebagai masyarakat, setiap orang harus belajar dari banjir yang mendera kita. Dalam hal ini, jika pribadi-pribadi tersebut kebetulan menjabat dan harus mengambil kebijakan terkait dengan tata ruang maka harus ingat hukum alam yang berlaku. Hukum alam mengatakan bahwa air selalu menempati tempat yang rendah. Air akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah terus menerus sampai permukaan air tersebut rata.
Kita semua sudah tahu tentang itu. Namun pengetahuan kita masih sebatas mampu untuk menjawab soal. Bentuk soal pilihan ganda lagi. Jika soal itu dibuat dalam bentuk soal uraian kadangkala kita tidak mampu menjawab dengan tepat. Nah, dalam kasus musibah banjir ini, yang diperlukan bukan sekedar mampu menjawab soal di atas kertas. Yang diperlukan adalah jawaban dalam bentuk tindakan nyata sesuai dengan hukum alam tersebut.

Guru dan anak-anak tetap semangat untuk belajar meskipun banjir melanda ruang kelas (Sumber photo : http://vanmadhan08.blogspot.com)
Hehehe… baru ketahuan nih?! Ternyata ilmu kita selama ini kurang bermanfaat. Terbukti kita sudah tahu tentang hukum-hukum alam tetapi kita tidak bertindak sesuai dengan hukum alam tersebut. Akibatnya kita menderita, terkena banjir. Banjir bandang disertai longsor di Sulawesi Tengah baru-baru ini yang memakan korban begitu besar, mungkin akibat dari perilaku manusianya dalam kurun waktu sebelumnya kurang sesuai dengan hukum alam. Coba kita pelajari dengan seksama apakah ada kesalahan-kesalahan kita (manusia) dalam memperlakukaan alam? Demikian juga banjir di Jakarta, apakah kita dalam menata kota ini bertentaangan dengan hukum alam?
Pendidikan Lingkungan Hidup
Bencana banjir yang terjadi di mana-mana dapat kita manfaatkan sebagai sarana pendidikaan terkait dengan materi pendidikan lingkungan hidup. Materi Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sangat tepat sekali kalau diberikan pada saat sekarang, selagi para siswa melihat dan menerima informasi lewat tayangan TV tentang bencana banjir. Atau bahkan mengalami sendiri sebagai korban banjir. Tidak usah menunggu sesuai program kalender rencana pembelajaran yang sudah disusun, moment ini sangat tepat untuk pembelajaran materi PLH disampaikan kepada peserta didik.
Dengan memanfaatkan bencana banjir ini pembelajaran PLH menjadi efektif. Pembelajaran bukan hanya bersifat pengetaahuan saja, namun aspek sikap juga akan tertanam dengan baik kaerena siswa merasakan secara langsung betapa susahnya, betapa menderitanya bagi yang terkena musibah banjir. Dengan demikian akan terbentuk juga keterampilan siswa untuk selalu bertindak tidak melawan hukum alam, tidak membuang sampah sembarangan, tidak menggunduli hutan, tidak merusak lingkungan.
Pemanfaatan moment banjir ini juga sangat baik untuk siswa dalam proses penyimpanan pengetahuan dalam ingatan jangka panjang. Menurut teori pembelajaran terkait dengan pemrosesan informasi yang diperkenalkan oleh Collins dan Quillian, bahwa manusia menyimpan informasi sebagai suatu struktur yang berjaringan (network hierarchy structure). Artinya informasi yang lebih dekat cenderung mudah diingat dari pada informasi yang letaknya lebih jauh (Asrori, Muhammad.2009:18). Dengan pemanfaatan informasi bencana banjir saat ini, lebih-lebih jika siswa merupakan korban banjir, akan menjadi dekat sekali dengan materi pelajaran PLH. Artinya, hasil belajar siswa akan tersimpan dengan sangat baik dalam memori jangka panjang.
Hehe…, ini yang saya maksud sisi positif dari banjir. Moment banjir inilah waktu yang tepat untuk menyampaikan materi PLH kepada siswa. Dalam model pembelajaran kontektual, sorang pendidik / guru juga dituntut untuk pandai-pandai memanfaatkan situasi yang ada disekitar. Dengan membawa pengalaman banjir yang dialami siswa pada pembahasan materi pelajaran PLH, pembelajaran menjadi semakin bermakna. Pengalaman konkret tentang banjir akan membantu siswa dalam menyerap pelajaran PLH.
Lebih dari itu, marilah musibah banjir ini kita jadikan sebagai pelajaran berharga untuk kita, untuk siswa-siswa yang masih duduk di sekolah, dan untuk semua saja; janganlah kita melawan hukum alam yang ini sesungguhnya hukum dari Tuhan, Sang Pencipta. []
***
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Mohammad. 2009. Psikologi pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
De Porter, Bobbi. 2005. Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa
Hayati, Sri. 2007. Pendidikan Lingkungan Hidup. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedadogiana Press (Halaman 403 – 412)
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Tulisan lain yang berkaitan:




