Dyah Budiarsih : Pengawas Jangan Hanya Sebagai Penonton

Monday, 17 February 2014 (18:34) | 2,310 views | Print this Article

Oleh : Deni Kurniawan As’ari
Redaksi web ISPI dan Humas ISPI

Atas : Dyah Budiarsih saat menerima piagam penghargaan juara 1 Pengawas Berprestasi Nasional 2012 dari Pak M. Nuh. Bawah : Penyematan satya lencana presiden di dada kiri oleh Mendikbud 2013

Admin ISPI—Seperti yang telah dikemukakan bahwa redaksi web ISPI secara berkala akan menampilkan sosok sarjana pendidikan yang berprestasi dan berdedikasi di berbagai bidang.Sebelumnya telah ditampilkan Sawali Tuhusetya, seorang guru penulis dan blogger guru. Kali ini redaksi web ISPI mewawancarai seorang pengawas dari Banyumas.

Berikut ini profil singkatnya. Dra. Dyah Budiarsih, M.Pd lahir pada 6 Desember 1958 di Purbalingga, tepatnya di Desa Sinduraja, Kecamatan Kaligondang, Jawa Tengah. Saat ini menjadi Pengawas TK/SD UPK Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas. Isteri dari Dr. Sumadi Sutrijat, M.Pd (Dosen Unwidha yang juga Pembina ISPI Banyumas) tersebut boleh jadi sosok langka karena beliau telah meraih golongan IVd atau pembina utama madya. Tua-tua keladi, itulah barangkali ungkapan yang tepat untuk menggambarkan sosoknya. Betapa tidak, ibu dari dr. Ana Susanti (seorang dokter di RSUD Banjarnagera) dan nenek dari Nofal, Farhan, dan Arsyad di usia senjanya mampu meraih prestasi gemilang dengan berhasil mendapatkan Anugerah Satya Lencana Pendidikan Tingkat Nasional dalam rangka Hari Guru dari Presiden RI tahun 2013 lalu.

Diantara sebagian prestasinya, berhasil meraih Juara I tingkat Provinsi Jawa Tengah Lomba Pengawas Berprestasi dalam Bidang Penelitian Tindakan Sekolah tahun 2010, Peringkat Idalam Pemilihan Pengawas Sekolah Berprestasi Jenjang TK/SD tingkat Nasional tahun 2012, Anugerah Insan Pendidikan Terpuji dari LPMP Jawa Tengah tahun 2013, Juara 2 tingkat Nasional (kelompok pengawas) dalam kegiatan Simposium Nasional Program BERMUTU th 2013 (judul Best Practice “Berkat HP, Guru Bangga, dan Supervisiku Berhasil”), Peserta Pertukaran Pendidik dan Tenaga Kependidikan SD, Networking, dan Kerjasama Internasional ke Finlandia, tanggal 27 September – 6 Oktober 2013 (DIPA Kemendikbud).

Dyah saat di Helsinki, Finlandia bersama rombongan (Sumarna Surapranata, Ph.D, direktur PPTK Dikdas Kemendikbud), Direktur Pasca Sarjana UNY, UPI, UM, Unlam dan 9 guru, kasek, pengawas berprestasi nasional

Membaca, menulis dan melukis merupakan hobi dari anggota ISPI yang telah berusia 56 tahun itu. Kesehariannya tidak lepas dari berbagi dengan sesama guru, pengawas maupun masyarakat umum lainnya. Visi hidupnya yang jujur, tanggung jawab, dan konsekuen itulah barangkali yang telah mengantarkan mantan Kepala UPK Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Purwojati tersebut meraih prestasi gemilang. Karya tulisnya begitu banyak. Sebagian dintaranya Model Pembinaan Berkelompok dan Individu dalam Meningkatkan Nilai Akreditasi Sekolah, Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Membuat dan Menggunakan Alat Peraga Melalui Pemberian Contoh, Peningkatan Mutu Pembelajaran melalui Pembimbingan dengan Partisipasi Aktif Pengawas Sekolah, Meningkatkan Kompetensi Profesional melalui Pembimbingan Kelompok dalam Satu Sekolah bagi Guru Kelas SD, Pembimbingan dengan teknik LATEKSI untuk Meningkatkan Kemampuan Menyusun PTS Kepala SD di dabin I UPK Purwokerto Utara, Meningkatkan Kemampuan Kepala Sekolah dalam Memahami Isi Standar Nasional Pendidikan melalui Pembimbingan, Artikel “Mengunjungi Finlnadia Negeri Seribu Danau” (laporan perjalanan bagian 1-3), Best Practice “Penyiapan Data Akurat Melalui Pendampingan EDS dan Analisis MSPD SD di Kabupaten Banyumas.

Pengawas ini juga termasuk sosok gaul. Ia memiliki akun jejaring sosial layaknya anak muda zaman sekarang. Bagi yang ingin mengenal lebih dekat dapat berinteraksi melalui Facebooknya DyahBudiarsih, Twiter @DyahBudiarsih dan blog pribadinya www.dyahbudiarsih.wordpress.com. Untuk blognya belum sepenuhnya terisi karena banyak tugas yang padat.

Redaksi ISPI bersyukur dapat mewawancarai sosok pengawas satu ini. Selain sarat prestasi juga kesediaan berbaginya yang luar biasa. Semoga jejak langkahnya akan menginspirasi para sarjana pendidikan di tanah air untuk terus berkarya.

Berikut ini hasil wawancara dengan beliau secara lengkap dan utuh.

Bagaimana pendapat ibu tentang kualitas atau profesionalitas guru saat ini?

Sebenarnya guru yang berkualitas, berdedikasi, dan bekerja keras demi anak didiknya cukup banyak. Kadang keberadaan mereka tidak terlihat, orang menganggap guru baik hal yang biasa, tidak ada yang mengagumi. Sementara guru yang berperilaku buruk, akan cepat terdeteksi, tersiar, apalagi jika masuk berita akan menjadi bahan gunjingan yang berdampak persepsi buruk tentang semua guru. Sebanyak 0,01% guru bermasalah dapat membuat 99,09% guru baik ikut terbawa jelek. Orang lebih cepat ingin tahu berita buruk (kasus) dari pada berita orang berprestasi. Saya yang setiap hari mengamati perilaku guru merasakan ketidakadilan pemberitaan selama ini. Kalau kita ingin 100% guru profesional tentu tidak mungkin karena manusia tidak ada yang sempurna. Mereka hanya butuh sentuhan kasih sayang (kata lain pembinaan) dari para pembina untuk memotivasi kinerjanya.

Pasca kebijakan sertfikasi dengan tunjangan satu kali gaji pokok, apakah mutu guru secara umum sudah lebih baik atau masih stagnan?

Kebutuhan dasar manusia adalah sandang, pangan, papan (makan, pakaian, dan rumah) sehingga menurut pengamatan pada awal sertifikasi mereka menggunakanya untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut, termasuk perabot dan mobil. Kebutuhan berikutnya yang banyak dilakukan guru adalah mendaftar haji dan membiayai anak kuliah. Hal tersebut dapat dimaklumi karena masih tataran kebutuhan dasar. Namun berkat pembinaan yang dilakukan secara terus menerus, guru sudah mulai membeli laptop karena wajib bisa menguasai TIK.

Tahap sekarang, sebenarnya masuk ke tahap belajar mandiri untuk meningkatkan profesinya. Ada guru yang sudah sadar untuk belajar dan ada pula guru yang masih biasa-biasa saja atau stagnan. Menurut saya guru yang biasa-biasa tersebut masih perlu suntikan motivasi dari para pembina, karena kadang mereka tidak tahu cara mengembangkan dirinya.

Seperti yang kita ketahui bahwa pengawas mempunyai peran penting dan strategis. Diantara tugas, tanggung jawab dan wewenangnya yaitu secara penuh melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan tertentu dan sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor. Apakah tugas dan wewenang tersebut telah dilaksanakan dengan baik?

Kalau hal itu menyangkut pengawas lain saya kurang tahu, namun kalau saya sebagai mitra guru dan kepala sekolah, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor, sudah pasti. Mereka saya anggap teman atau rekan sejawat, saya ingin mereka “keduga” atau menganggap pula saya sebagai teman. Hal ini terbukti banyak kepala sekolah dan guru yang curhat segala macam dengan saya. Saya berusaha melayani mereka dengan sebaik-baiknya termasuk memberikan ilmu yang mereka butuhkan dengan ikhlas. Kalau saya bilang akan menilai dalam pembelajaran mereka tidak takut bahkan sangat semangat. Oya… mereka juga berharap saya sering berkunjung ke sekolah sehingga dapat membantu memecahkan masalah mereka. Selain itu, yang saya lakukan untuk guru dan sekolah sangat banyak, 24 jam terasa kurang. Inginnya santai tapi tidak bisa. Insyaallah saya lakukan semua tugas kecuali no. 6.

Menurut Permenpan 21 tahun 2010, rincian tugas pengawas sekolah utama adalah: 1. menyusun program pengawasan; 2. melaksanakan pembinaan Guru dan kepala sekolah; 3. memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan; 4. melaksanakan penilaian kinerja Guru dan kepala sekolah; 5. melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan; 6. mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan tingkat kabupaten/kota atau provinsi; 7. menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya; 8. melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan kepala sekolah; 9. melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan manajemen; 10. mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan kepala sekolah; 11. membimbing pengawas sekolah muda dan pengawas sekolah madya dalam melaksanakan tugas pokok; dan 12. melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan penelitian tindakan.

Kalau Permenpan yang lama (Kepmenpan No.91/KEP/M.PAN/10/2001) sangat berbeda jauh.

Kalau belum, apa yang menjadi faktor penyebabnya?

Saya pernah mengumpulkan beberapa pengawas yang sudah 2 tahun diangkat (untuk melaksanakan tugas No. 11). Ternyata mereka tidak tahu persis apa yang harus dilakukan setelah jadi pengawas sekolah. Mereka hanya mengikuti jejak seniornya saja. Pastas jarang ada pengawas naik pangkat karena mereka tidak memiliki bukti fisik laporan. Nah… menurut saya faktor penyebabnya adalah mereka tidak diberi bekal yang cukup oleh pemerintah. Mereka hanya seorang kepala sekolah yang kebetulan lulus seleksi pengawas, setelah itu tidak ada pembinaan khusus tentang tugasnya. Mungkin di daerah lain berbeda ….

Dulu, saya dan teman saya, Pak Suhartono, sebelum jadi pengawas sudah mengikuti diklat calon pengawas yang diadakan Propinsi Jateng (th 1999) dan kebetulan lulus (ada yang mengulang dan ada yang tidak lulus). Alhamdulillah saya dengan teman saya tersebut sekarang sama-sama gol IVd. Mungkin karena sudah tahu tugasnya. Memang sebaiknya sebelum jadi pengawas harus ada pelatihan yang mantap! Seperti kepala sekolah yang ditangani LPPKS.

Sebaiknya yang menjadi pengawas sekolah itu yang memiliki kualifikasi seperti apa?

Menurut aturan, guru atau kepala sekolah boleh mendaftar jadi pengawas sekolah asal sudah 8 th bekerja. Namun menurut saya berdasarkan pengalaman dan pengamatan, sebaiknya pengawas sekolah adalah guru yang sudah menjadi kepala sekolah. Kepala sekolah tersebut pun harus yang memiliki nilai kinerja amat baik. Pendidikan minimal S-2. Kompetensi sosial dan kepribadian juga baik. Hal ini mengingat tugas pengawas yang sangat berat dan membutuhkan kecerdasan yang tinggi (cerdas otak, cerdas hati, cerdas religius, cerdas skil, dll) serta sehat jasmani dan rokhani.

Menurut ibu pakah regulasi/aturan tentang profesi pengawas saat ini sudah memadai?

Saat ini, berlaku Permenpan dan RB No. 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, juklaknya juga sudah ada yaitu PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADANKEPEGAWAIANNEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA. Namun sampai saat ini belum ada petunjuk teknisnya. Saya sendiri selaku pengawas bingung mau melaksanakan Permenpan yang baru atau yang lama. Saya menganggap bahwa pembuat regulasi tentang pengawas tidak serius. Bayangkan 2010 sampai 2014 belum ada juknisnya, akibatnya tim penilai angka kredit pengawas masih menerima usulan menggunakan petunjuk teknis yang lama. Padahal sangat berbeda dengan yang baru.

Dengan demikian kemungkinan ada 3 golongan pengawas yaitu: 1. pengawas yang melaksanakan tugas sesuai permenpan lama, 2. pengawas yang melaksanakan tugas sesuai permenpan yang baru, dan 3. pengawas yang tidak melaksanakan permenpan apapun (karena bingung).

Yah…. rajin tidak rajin sama saja, karena tidak ada yang mengawasi kinerja pengawas sekolah, walaupun ada pedoman penilaian kinerja pengawas (pengawas dinilai oleh Dinas, BKD, Dewan Pendidikan dll), namun tidak ada regulasinya sehingga tidak jelas bagaimana dan kapan dilakukan. Hanya dibutuhkan kesadaran masing-masing individu pengawas untuk bekerja dengan baik.

Apa yang menjadi tantangan dan kendala pengawas selama ini?

Pengawas kadang dibuat bingung jika ada hal baru di sekolah. Guru sudah tahu tetapi pengawas belum dapat informasi. Tantangan inimenuntut pengawas harus jeli mencari tahu lewat apa saja. Misalnya ada sekolah yang sudah mendapat pelatihan Kurikulum 2013 sementara pengawas belum mendapat sosialisasi. Maka bagi saya hal tersebut menjadi sebuah tantangan baru. Saya tidak malu meminta hasil pelatihan ke guru atau teman pengawas, saya juga cari di internet atau ke LPMP. Dengan demikian saya tidak tertinggal dengan hal baru tersebut.

Kendalanya jika hal baru tersebut sebuah informasi yang datangnya dari Dinas Pendidikan langsung ke guru, tidak ada di internet, dan saya benar-benar tidak tahu ada info tersebut. Mati kutu kan….? Contohnya: beberapa hari yang lalu ada sosialisasi ujian sekolah yang dihadiri kepala UPK, 1 kepala sekolah dan 1 guru kelas 6. Belum sempat mereka laporan, saya sudah ditanya orang, dalam hati saya bingung “Kok sudah ada info US?”. Nah sebaiknya Dinas Pendidikan memanfaatkan keberadaan pengawas dengan memberikan info apapun terlebih dulu, kemudian pengawaslah yang meneruskan ke guru.

Ada pengawas yang jika ditanya guru mengembalikan jawabannya ke guru tersebut supaya mencari tahu ke sekolah lain, atau menunda jawaban. Hal ini tidak mengherankan karena pengawas benar-benar tidak tahu hal tersebut. Yah…pengawas bukan dewa yang otomatis tahu segalanya, sehingga perlu perhatian dari Dinas Pendidikan atau Kemndikbud untuk tahu lebih dulu sebelum guru atau kepala sekolah.

Apa yang sebaiknya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peran pengawas?

Keberadaan pengawas sekolah di Indonesia masih dibutuhkan, tidak seperti Finlandia yang tidak membutuhkan pengawas sekolah. Peran pengawas sekolah yang startegis mestinya dimanfaatkan oleh pemerintah dengan baik. Sebaiknya pemerintah meningkatkan peran pengawas sekolah dengan memanfaatkannya sebagai kepanjangan tangan pemerintah untuk menyampaikan segala macam info agar sampai ke sekolah. Di samping lebih efisien, hal tersebut akan meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri pengawas, karena merasa dibutuhkan.

Sering kali pengawas hanya sebagai penonton, bahkan dilatih oleh guru yang lebih dulu tahu. Walaupun dilahirnya tidak masalah, namun sebagai manusia normal tentu akibatnya tidak baik. Seperti kenyataan sekarang, tentang pelatihan Kurikulum 2013, tahun lalu ada guru yang dipanggil pelatihan, setelah selesai mengundurkan diri karena tidak bisa menatar guru inti. Awal 2014 pemerintah membuka pendaftaran instruktur/narasumber nasional, pendaftaran terbuka untuk semua elemen termasuk guru. Kalau instrukturnya guru, bagaimana kondisi siswanya yang ditinggal pelatihan dan kemudian mendampingi guru yang ditatar? Siswalah yang jadi korban. Kenapa tidak memanfaatkan pengawas sekolah yang tidak punya siswa, sehingga pengawas tidak hanya sebagai penonton.

Mengapa sebagian guru atau kepala sekolah kurang tertarik menjadi pengawas?

Sebenarnya tidak juga, karena ketika ada pendaftaran calon pengawas, banyak yang mendaftar. Menjadi pengawas sekolah sertifikasi tidak hilang tetapi diteruskan. Nah, setelah ada berita batas usia pensiun pengawas 56 tahun walaupun dapat diperpanjang, kepala sekolah banyak yang tidak tertarik menjadi pengawas. Apalagi perpanjangan belum tentu dikabulkan. Yah… lebih baik jadi guru saja aman sampai 60 tahun. Namun ada juga lho… kepala sekolah yang merasa tidak pantas menjadi pengawas karena merasa kurang mampu.

Apakah kesejahteraan para pengawas selama ini telah memadai?

Dengan adanya sertifikasi, kesejahteraan pengawas sekolah cukup memadai, tidak kalah dengan guru. Namun untuk kendaraan operasional pengawas dari pemerintah masih belum merata khususnya di Kabupaten Banyumas. Hal ini semenjak ditetapkannya kendaraan dinas menjadi aset Unit Pendidikan Kecamatan (UPK). Ada UPK yang kelebihan sepeda motor sehingga pengawas dan staf pun mendapat kendaraan dinas, namun banyak UPK yang kurang bahkan tidak memiliki kendaraan dinas sehingga pengawasnya tidak memperoleh kendaraan dinas. Ketidakadilan ini sebenarnya dirasakan oleh teman-teman pengawas. Hal ini salah satu bukti bahwa keberadaan pengawas tidak diperhatikan.

Sebenarnya kalau semua pengawas tidak memperoleh kendaraan dinas tidak masalah karena bisa membeli sendiri, namun karena sebagian mendapat sebagian lagi tidak, maka sama-sama tidak enak hati.

Bagaimana suka duka ibu selama menjadi pengawas?

Pada tiga tahun pertama menjadi pengawas, masih mengikuti cara kerja pengawas senior belum melaksanakan tugas sesuai Permenpan.Sempat tanda tanya mengapa teman-teman pengawas tidak membuat program atau laporan seperti yang diharapkan aturan, tetapi saya tidak berani bertanya atau menggurui beliau karena saya merasa sebagai pengawas pemula. Diam-diam saya laksanakan tugas dan mencatatnya sehingga memiliki program dan laporan yang hanya diketahui kepala UPK.Pada tahun ke 4 saya usulan kenaikan pangkat ke Jakarta, setelah 4 kali merevisi karya tulis (2 tahun), akhirnya lolos IVb. Sampai sekarang semua tugas saya laksanakan dan saya buat adminstrasinya sehingga dapat mencapai golongan IVd. Saya tularkan seluruh administrasi kepengawasan kepada teman sejawat baik di Banyumas maupun di kabupaten lain di Jawa tengah. Sudah ada 4 pengawas di Banyumas yang berhasil golongan IVb, yang lain dalam usulan. Sedangkan di daerah binaan saya sudah ada 4 kepala SD yang IVb dan 3 orang masih revisi.

Kebetulan saya bertugas di kota walaupun pindah kecamatan sehingga rasanya tidak ada duka dalam melaksanakan tugas kepengawasan. Hanya sedikit sedih jika melihat ada guru mengajar kurang inovatif. Mereka adalah tanggung jawab saya, sehingga ketika guru tidak mengajar dengan baik saya merasa bersalah. Sukanya sangat banyak terutama jika tidak ada kasus di dabin saya, saya dapat membantu memecahkan permasalahan di sekolah, dapat melatih hal baru yang dibutuhkan guru, dan jika sekolah, guru dan siswa memperoleh kejuaraan.

Dapatkah diceritakan bagaimana pengalaman ibu mendapat tanda jasa Satya Lencana Pendidikan dari Presiden Republik Indonesia sebagai pengawas terbaik tahun 2013 kemarin?

Usulan memperoleh Satya Lencana Pendidikan dari Presiden saya peroleh dari 2 lembaga. Pertama karena saya juara 1 pengawas prestasi tk nasional sehingga diusulkan oleh P2TK Dikdas, yang kedua dari Badan Peningkatan Mutu PTK yang melayangkan surat ke Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah, saya lah yang diusulkan oleh Dinas untuk memperoleh lencana tersebut.

Sebelum lolos, dari Kemendikbud mendatangi kantor saya melakukan wawancara dengan kepala UPK, guru dan kepala sekolah serta teman sejawat, serta mengumpulkan bukti-bukti fisik prestasi. Sampai di Jakarta pada hari H sempat kacau karena ada 2 panitia yang meloloskan saya (bersama 2 orang yang lain). Akhirnya yang dari P2TK dibatalkan. Karena banyak yang memperoleh penghargaan dan Bapak Presiden ada acara lagi, maka tidak semua penyematan oleh Presiden. Saya termasuk yang tidak disematkan oleh Presiden walaupun piagamnya tanda tangan asli Presiden.

Menjadi pengawas terbaik nasional (September 2012) sebenarnya terlalu muluk bagi saya, karena saya merasa menjadi pengawas biasa saja. Kelebihan saya mungkin karena saya termasuk orang yang rajin mengumpulkan surat tugas, piagam, program kerja, dan 13 macam laporan kepengawasan, serta hobi menulis baik KTI maupun artikel. Bukti fisik tersebut berurutan sejak menjadi guru sampai sekarang. Selain itu saya juga hobi berselancar di dunia maya. Sehingga ketika ada perintah atasan (Kepala UPK) supaya mengikuti pemilihan pengawas berprestasi, saya hanya tinggal mengkopi dan menjilid bukti fisik, membuat powerpoint salah satu penelitian dan membaca kembali regulasi pendidikan. Lolos tingkat kabupaten akhir Mei 2012, langsung lomba tingkat propinsi dengan portofolio yang sama awal Juni 2012. Menang propinsi saya terkejut. Pembinaan di tingkat propinsi sangat luar biasa sehingga bahan presentasi dan portofolio disetting ulang. Dilatih cara presentasi, cara menjawab pertanyaan, dll. Perlu diketahui bahwa penilaian di tingkat kabupaten sampai nasional sama yaitu tes tertulis, presentasi hasil penelitian, dan portofolio.

Mungkin portofolio saya terbanyak sehingga menang. Bisa dibayangkan portofolio 3 boks masing-masing ukuran 70 x 50 x 40 cm penuh (semua rangkap 3). Biodata beserta bukti fisik 5 tahun, semua program, laporan, instrumen hasil kepengawasan dan power point ketika melatih guru, serta semua karya tulis saya jilid secara terpisah-pisah (maksimal tebal 5 cm). Nah, disinilah perjuangannya, memfotocopi dan menjilid sedemikian banyaknya dalam waktu singkat. Kapan belajar untuk tes tertulis? Hampir tidak belajar! Untung sering melatih dalam KKG/KKKS dan KKPS sehingga sedikit-sedikit masih ingat.

Dalam hati saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, yang sedang membalas jerih lelah saya selama menjadi pengawas. Bekerja tanpa pamrih dengan moto hidup JUJUR, TANGGUNG JAWAB, dan KONSEKUEN.

Apa saran dan masuka ibu untuk para pengawas di Indonesia?

Wahai rekan pengawas sekolah di seluruh Indonesia……….

Tugas kita sangat banyak, baik yang sesuai Permenpan, tugas atasan, atau lembaga lain seperti BAP. Kita harus dapat memilih dan memilah tugas mana yang wajib dan yang sunnah. Jangan berhenti belajar, buka dan unduh semua regulasi pendidikan dan pelajari.

Jadilah pengawas yang selalu ditunggu warga sekolah, bukan dihindari. Hargailah diri kita dengan rasa tanggung jawab dan kasih sayang terhadap warga sekolah. Hindari penghargaan dengan sebungkus rokok atau amplop yang berisi sekedarnya. (Kalau semilyar boleh dong….. he…he… bercanda). Kalau pemberian yang tidak seharusnya tersebut kita terima, maka kita tidak punya keberanian untuk sering datang ke sekolah tersebut, selain itu juga sebagai bahan gunjingan guru.

Buatlah program yang jelas sesuai petunjuk, laksanakan program tersebut, dan buat laporannya sesuai petunjuk pula. Dengan demikian siapapun yang menilai kita tidak masalah. Selain itu, kita dapat memberi contoh kepada guru dan kepala sekolah.

Tulislah semua pengalaman yang terbaik dalam melakukan kepengawasan sehingga ada bukti karya tulis yang dapat dibaca orang lain sebagai warisan.

Aktiflah mengikuti kegiatan KKPS sehingga semua masalah kepengawasan dapat dipecahkan bersama.

Tulisan lain yang berkaitan:

imgKepsek yang Rajin Ngeblog Raup Ratusan Juta (Saturday, 29 November 2014, 608 views, 3 respon) Oleh : Deni Kurniawan As’ari Humas ISPI Dedi Dwitagama Di kalangan blogger guru, nama Dedi Dwitagama sudah tidak asing.  Beliau seorang kepala...
imgEWA, Sang Dosen yang Produktif Menulis Buku (Sunday, 31 August 2014, 1,006 views, 3 respon) Oleh : Deni Kurniawan As’ari (Redaksi web dan humas ISPI) Ersis Warmansyah Abbas Redaksi ISPI kembali menurunkan profil sarjana pendidikan...
imgEko Hastuti, Sarjana Pendidikan yang Aktif Mengelola Perpustakaan Srikandi (Thursday, 17 April 2014, 1,122 views, 14 respon) Oleh : Deni Kurniawan As’ari Redaksi web ISPI dan Humas ISPI Eko Hastuti Redaksi web ISPI kembali menurunkan profil sarjana pendidikan yang...
imgMenjadi Guru Inspiratif, Tekad dari Sawali Tuhusetya (Monday, 3 February 2014, 1,292 views, 1 respon) Oleh : Deni Kurniawan As’ari Redaksi web ISPI dan Humas ISPI Sawali Tuhusetya Admin ISPI—–Dalam rangka menginspirasi para sarjana...
imgMenjadikan Sarjana Pendidikan Sadar Mutu (Thursday, 2 January 2014, 394 views, 0 respon) Oleh : Dra. Dyah Budiarsih, M.Pd Pengawas TK/SD Kec. Purwokerto Timur, Kab. Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, Juara I Pengawas Berprestasi Tingkat...
Tulisan berjudul "Dyah Budiarsih : Pengawas Jangan Hanya Sebagai Penonton" dipublikasikan oleh Admin ISPI (Monday, 17 February 2014 (18:34)) pada kategori Kegiatan, Sosok, Wawancara. Anda bisa mengikuti respon terhadap tulisan ini melalui feed komentar RSS 2.0.
Anda juga bisa memublikasikan tulisan ini melalui jejaring sosial/web berikut:
FacebookTwitterStumbleDigg itRedditTechnoratiBlinklist
DesignfloatDiigoMixxMeneameFurlMagnolia

11 Responses to "Dyah Budiarsih : Pengawas Jangan Hanya Sebagai Penonton"

  1. inyong says:

    Terus jadilah pelopor kebaikan….

    [Reply]

  2. suaidin says:

    komentar saya.”Luar biasa” sederhana, rendah hati dan berwawasan luas,!. selamat dan sukses selalu amin amin amin.!

    [Reply]

  3. Saya turut bangga atas segala prestasi yang telah diraih beliau dan saya sependapat tentang pentingnya pemberdayaan peran pengawas dan menjadikan pengawas sebagai bagian penting dari sistem pendidikan kita.

    [Reply]

  4. Mudah-mudahan prestasi dari profil bu dyah ini dapat mengurangi stigma tentang pengawas yang selama ini sering terjadi di kalangan dunia pendidikan. Menjadi harapan kita semua semoga muncul lebih banyak lagi pengawas-pengawas yang profesional dan berprestasi dengan kualitas mendunia. Amiin. Saluut !

    [Reply]

  5. ekohastuti says:

    Wouw…luar biasa! Sungguh prestasi dan teladan yang membanggakan. Pengawas yang berprestasi mungkin masih banyak yang lain, namun pengawas yang bisa diteladani kepemimpinannya, dedikasinya, motivasinya, dan semangat belajarnya yang tinggi untuk terus maju dan berkembang bisa dihitung dengan jari. Keikhlasannya dalam berbagi juga patut diajungi jempol. Bu Dyah mau menularkan dan membimbing teman sejawat (pengawas) dan guru di wilayah binaannya hingga naik pangkat ke IVB. Itu artinya beliau suka berbagi dan bersosialisasi dengan orang lain. Caranya menyikapi prestasi yang biasa saja, juga mencerminkan kematangan dan kedewasaan. Bahkan semakin menumbuhkan rasa tanggungjawabnya yang besar untuk memintarkan teman dan guru yang dibinanya. Rasa bersalah bila ada guru yang belum bisa mengajar dengan baik dan inovatif, jarang dimiliki oleh pengawas di tempat lain. Yang saya tahu, pengawas cenderung otoriter dan jaga jarak dengan guru. Lebih sering hanya menegur dan menyalahkan. Kalau membimbing hanya bersifat teoritis buka keteladanan. Motonya : hidup JUJUR, TANGGUNG JAWAB, dan KONSEKUEN, dapat menginspirasi orang lain (khususnya pengawas dan guru) agar tahu tupoksi masing-masing, melakukan tugasnya dengan penuh tanggungjawab, konsekuen dan jujur. Prestasi bagi Bu Dyah patut disyukuri tapi bukan membuatnya tinggi hati. Layak bila kehadirannya di sekolah banyak dinanti bukan malah ditakuti. Selamat Bu Dyah, salam kenal.

    [Reply]

  6. Assalamu’alaikum ww
    Terima kasih pada semua yang telah memberi komentar. Kepada Pak Akhmad Sudrajat blog Anda adalah “kesayangan” saya, terima kasih inspirasinya. Bu Tuti komentar yang begitu banyak terima kasih,Anda pasti guru/kepala/pengawas yang disayang pula. Pak Suaidin, Pak Mulyawan,Mas/Mbak “Inyong”, Amiiiin!
    Wassalamu’alaikum ww

    [Reply]

  7. moch.nafi mansoor says:

    Selamat Bu.. Prestasi, dedikasi, dan kepribadian ‘panjenengan’ membuat kami pengawas sekolah di kabupaten banyumas ikut bangga. bu Dyah merupakan sosok pengawas sekolah teladan yang menjadi panutan bagi pengawas sekolah lainnya.Semoga ‘kiprah’ bu Dyah menjadi goresan tinta emas dalam sejarah dunia-kependidikan di Banyumas khususnya, dan di Indonesia pada umumnya.Semoga Allah SWT akan membalas kebaikan Ibu Hajjah Dyah Budiarsih,M.Pd beserta keluarga, dengan kebahagiaan fiddun-yaa wal aa-khiroh. Aamiin..

    [Reply]

  8. Dyah Budiarsih says:

    Amin ya Robbal’alamiin Pak Nafi
    Semuanya berkat doa dan dukungan panjenengan dan teman-teman pengawas yang lain. Terima kasih

    [Reply]

  9. ilham says:

    Luar biasa bu Dyah,pengalamannya sebagai pengawas memberi kami banyak masukan sebagai pengawas yang baru ditugaskan.Kurang lebih setahun jadi pengawas kami juga heran,koq masih banyak teman2 pengawas yang sudah lama jadi pengawas tapi masih bingung dengan tufoksinya……
    Ini seperti yang disampaikan oleh Ibu,pengawas butuh Pelatihan dan Pembimbingan yang simultan dan terencana.
    Selamat dan sukses…….

    [Reply]

  10. Sri Murni says:

    Assalamualaikum wr.wb.
    Luar biasa! Sungguh prestasi dan teladan yang membanggakan bagi kaum wanita. Keikhlasannya dalam berbagi ilmu menandakan sosok yang rendah hati dan suka bersosialisasi dengan orang lain.Prestasi bagi Bu Dyah patut disyukuri tapi bukan membuatnya tinggi hati.Selamat Bu Dyah Budiarsih,semoga ilmunya bertambah barokah. salam kenal.wassalamualaikum wr.wb

    [Reply]

  11. Sri Mardiany says:

    Assalamualaikum wr.wb.
    Hebat! Saya sangat terinspirasi membaca goresan pena Bu Dyah. Mudah-mudahan saya bisa menjadi pengawas yang benar-benar berperan sebagai pengawas seperti ibu dalam rangka meeningkatkan mutu Pendidikan di Negara kita terutama di Kabupaten kami Bojonegoro .
    Sebagai pengawas yang baru di tugaskan 3 bulan ini saya selalu belajar dari pengalaman teman-teman juga Alhamdulillah dari ibu .Dengan niatan yang tulus Insyaallah saya akan melaksanakan tugas saya secara Optimal.Sekali lagi terima kasih atas sharing Ibu.Semoga Allah swt senantiasa memberikan kesuksesan .Amin YRA….

    [Reply]

Komentar Anda?

«
»