Dewi “Bunda PAUD” Bintan

Monday, 18 February 2013 (18:51) | 733 views | Print this Article

Oleh: Maswito,S.Pd
Koordinator Perlindungan Profesi dan Hak Azazi Manusia ISPI Pulau Bintan, Provinsi Kepri.

BERBAGAI macam penghargaan sudah diterima Ketua Tim Pengerak PKK Kabupaten Bintan Dewi Kumalasari. Namun katanya penghargaan sebagai “Bunda PAUD” yang diterimanya sampena ulang tahun Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak Indonesia (GOP-TKI) Bintan ke-55 sekaligus Pencanangan Gelar Bunda PAUD di Lapangan Relief Antam, April tahun lalu terasa spesial. “Saya terharu menerima penghargaan ini. Penghargaan ini terasa spesial,” ujar Dewi, sapaan akrab istri Bupati Bintan Ansar Ahmad suatu malam di kediamannya.

Kegiatan pemasangan selendang Bunda PAUD kepada Dewi disaksikan 1000 orang anak usia dini, Sekretaris Daerah Bintan Lamidi, Ketua GOW Bintan Nur Sa’adah, Ketua BKMT Kepri Marsitah, IGTKI, IGRA, HIMPAUDI serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bintan. Usai penyerahan dan pemasangan selendang Bunda PAUD kepada Dewi, kegiatan dilanjutkan dengan senam massal “Senam Anak Indonesia”, kegiatan sikat gigi massal serta penampilan marching band beberapa TK di Bintan Timur.

Sebagai istri orang nomor satu di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia, ia pun berjanji akan bekerja keras meningkatkan PAUD. Ia punya angan-angan ke depannya Bintan akan memiliki generasi-generasi emas. “Pendidikan usia dini penting untuk menentukan kemajuan pembangunan generasi mendatang,” katanya diplomatis seraya tersenyum simpul penuh arti.

Dewi mengungkapkan, anak-anak merupakan cikal-bakal generasi pemimpin bangsa di masa mendatang. Saat ini, jumlah anak-anak hampir 25 persen dari jumlah penduduk dunia. Pendidikan usia dini merupakan upaya menentukan masa depan bangsa dan menciptakan karakter generasi muda yang berkualitas. “Tahun ini di Bintan ada 1000 orang anak usia dini yang turut merayakan HUT GPO-TKI. Selain berbagai aktivitas kreatif, anak-anak PAUD dan TK mengikuti senam sehat bersama dan mendapatkan cara pemeliharaan gigi yang sehat,” sebut Dewi.

PAUD menurut Dewi, punya arti penting bagi perkembangan anak. PAUD diselenggarakan sebagai upaya untuk membantu meletakkan dasar-dasar perkembangan anak sebelum memasuki pendidikan dasar. Pada dasarnya PAUD dilaksanakan sebagai persiapan sebelum menempuh pendidikan dasar yang bertujuan untuk pengembangan potensi yang dimilikinya. Sehingga dalam pelaksanaannya harus mengacu pada kondisi, kebutuhan dan kepentingan anak. Hal ini tentu harus benar-benar diperhatikan para orang tua dan pendidik bahwa dalam melakukan pengasuhan anak usia dini hendaknya diikuti pemahaman yang mendalam mengenai pola perkembangan anak.

Anak itu ibarat selembar kertas putih. Siapapun yang pernah melewatinya pasti memberikan berkas sepanjang hidupnya. Seperti apapun rangsangan (stimulasi) diberikan kepadanya sejak dini akan membekas selamanya dan terbawa hingga ia dewasa dan mandiri. Karena itu pendidikan yang diberikan sejak dini akan sangat mempengaruhi kehidupan serta masa depan sang anak. Dan pemandangan yang terindah di dunia adalah seorang anak yang melangkah dikehidupan ini dengan penuh percaya diri setelah kita menunjukkan jalannya.

“Ini sebuah ungkapan penuh makna bahwa dengan petunjuk yang diberikan kepada anak dengan benar akan melahirkan sekumpulan moral positif kepada anak dengan memberinya kasih sayang, toleransi, dan rasa hormat berdampak pada sikap anak,” ujarnya mengutif kata-kata bijak dari Confusius, filosof Cina terkenal.
Belum Capai APK
Bupati Bintan, Ansar Ahmad menyampaikan, jumlah anak Bintan yang tergolong pendidikan usia di bawah 6 tahun sebanyak 23.728 orang. Dari jumlah itu, baru sebanyak 5.317 yang telah mengikuti pendidikan anak usia dini. Angka tersebut masih berkisar 22,4 persen yang berpartisipasi.

Sementara, sekitar 18.412 orang anak belum mendapatkan pendidikan PAUD maupun setingkat TK. Padahal, target pencapaian APK dari UNESCO badan pendidikan PBB harus mencapai 75 persen pada tahun 2015 mendatang. Untuk mencapai target itu, perlu peran dari GOP-TKI Bintan.

“Saat ini Ibu Dewi telah dijadikan sebagai Bunda PAUD Bintan. Kita berharap istri bupati bisa memperhatikan pendidikan anak usia dini Bintan ke depannya. Guna mencapai target APK itu,” ujar Ansar Ahmad sembari bencanda.

Ansar berharap, Bunda PAUD dan para guru dapat menjadi lokomotif bagi pengembangan anak usia dini di Bintan. Sehingga anak usia dini yang merupakan usia emas bisa menjadi lebih berkualitas, berakhlak mulia, kreatif, inovatif, dan produktif. Anak ibarat disket kosong yang harus diisi orang tua dengan baik guna membangun kecerdasan intelektual dan emosional yang baik pula.

“Di Bintan terdapat 146 lembaga PAUD dengan jumlah guru 602 orang. Dalam memajukan pendidikan anak usia dini Pemerintah Kabupaten Bintan juga telah memberikan insentif bagi guru sebesar 400 ribu per orang. Untuk meningkatkan motivasi pendidikan, Pemerintah Provinsi Kepri juga diharapkan memberikan perhatian kepada guru PAUD dan TK,” sebut Ansar.
Menurut Ansar, mengelola PAUD sama halnya dengan mengelola masa depan. Karena dari PAUD diharapkan akan lahir calon-calon pemimpin bangsa yang akan datang. Dan, untuk investasi masa depan dalam upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, pengembangan anak-anak usia dini sangat mustahak diperlukan. Dari anak-anak yang seluruh potensinya dikembangan secara optimal sejak usia dinilah kita akan memperoleh SDM yang mampu membangun masa depan bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan.

Tidak mengherankan, negara-negara maju sangat memperhatikan pendidikan anak-anak usia dini. Di Jepang, Korea Selatan, Singapura misalnya, hampir semua anak-anak usia dini telah terlayani PAUDNI. Di negara jiran Malaysia pelayanan PAUD telah mencapai angka 70 persen. Bahkan di Singapura cukup membanggakan penguasaan bahasa Cina dan Inggris sudah diselesaikan di tingkat TK.

“Di Bintan? Kita akan terus pacu PAUD ini. Sekarang kita harus berbuat mengejar ketertinggalan itu,” ujarnya.

Golden Age
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri Yatim Mustapa kegiatan mengatakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan PAUD diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, baik melalui jalur pendidikan formal non formal, maupun informal.

Menurut Yatim, pendidikan anak usia ini sangat penting artinya masa anak-anak adalah masa emas (golden age). Dalam periode ini, seorang anak bisa mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. “Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu empat tahun pertama, sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya,” terangnya.

Yatim juga menambahkan periode emas ini, sangat berpengaruh pada perkembangan anak pada periode berikutnya hingga masa dewasa nanti. Sementara masa emas ini hanya datang sekali. Sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Untuk itu katnya pendidikan usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak,” tambahnya.

Pendek kata ujar Yatim, apabila PAUD diselenggarakan secara benar, berkualitas dan menyeluruh bagi semua anak di Indonesia, niscaya kita akan menyaksikan generasi masa depan yang gemilang dan cemerlang. Yang pada gilirannya mampu membangun bangsa ini menuju kejayaan yang hakiki. Suatu generasi yang tidak akan pernah relah menyaksikan sendi-sendi kehidupan bangsa dan negaranya terancam dalam porak-poranda, tetapi dengan segenap kemampuan dan jiwa raganya, secara perkasa dan ikhklas senantiasa berjuang untuk mengangkat harkat dan marwah dan mengharumkan nama bangsa. Tentu dengan kualitas yang dimilikinya karena sudah memperoleh pendidikan yang baik sejak usia dini, segala tantangan dan hambatan yang dihadapi dapat diatasi secara memuaskan. Jika PAUD diabaikan kita akan menerima kehancuran.

Wajar

Sementara itu Sekretaris Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Bintan Suhono menila wajar dan pantas jika Dewi Kumlasari mendapatkan gelar Bunda PAUDNI itu – kendati itu pemberian gelar itu sebenarnya terlambat. Menurut alumnus Universitas Sriwijaya Palembang ini, kepedulian Dewi Kumlasari dengan pendidikan anak-anak usia dini di Bintan sangat tinggi sekali.

“Saya mengenal Ibu Dewi cukup lama. Ketika orang belum memulai, Ibu Dewi sudah bergerak duluan. Ibu Dewi sudah duluan melangkah, kita baru nak memulai,” ujar Suhono yang juga Guru SMA 2 Bintan ini.

Menurut Suhono, pendidikan anak usia dini kini sudah menjadi komitmen nasional, namun terwujud tidaknya komitmen tersebut sangat tergantung dari niat kita bersama di lapangan. Sekiranya kita semua menyadari bahwa dosa hukumnya meninggalkan generasi yang lemah, tentu kita tidak akan keberatan untuk mau berkorban demi generasi penerus kita yang akan datang.

”Menjadi guru dan pendidik yang baik bagi anak munusia dini adalah andil yang tidak ternilai pada pembangunan generasi penerus bangsa yang kita cintai ini. Marilah kita bangun generasi kita sejak usia dini,” ujarnya mengakhiri.

Berawal dari Ibu Ningsih

Dewi menyebut Ibu Ningsih merupakan salah seorang yang memberikan inspirasi dalam perjalanan hidupnya dalam memandang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Dan inspirasi itu berawal dari sebuah kekesalan.

Kekesalan itu kata Dewi bermula ketika Ibu Ningsih ngotot mendatangi kediamannya di Jl. MT Haryono Gg Eboni No. 11 Tanjungpinang. Saya waktu itu tidak di rumah. Ibu Ningsih menginap di Surau Ashhabul Yakin yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah saya. Katanya dia tak akan pulang sebelum berjumpa saya,” ujar Dewi.

Ketika pulang ke rumah, saya sudah ditunggu Ibu Ningsih. Nekad betul. Lalu saya bertanya,”Ibu ada keperluan apa?” Dengan lugunya dia menjawab, “Saya ingin mendirikan sekolah untuk anak-anak usia dini di tempat tinggal saya. Untuk itu saya nekad datang ke rumah Ibu untuk mohon restu.”

Lalu kata Dewi dirinya bertanya ibu berasal dari mana? Spontan Ningsih menjawab, bahwa dirinya berasal dari Desa Tanjung Sengkuang, Kecamatan Bintan Pesisir. Dewi terkejut mendengar nama desa yang diketahuinya sangat jauh dari Tanjungpinang dan sangat terpencil tersebut. Ya ampun ibu jauhnya…….. Ngapain jauh-jauh ke sini.

Dewi semula menyarankan Ningsih mengurungkan niat mewujudkan impiannya tersebut. Namun Ibu Ningsih tetap ngotot. Dia malah bilang apapun yang terjadi sekolah di kampung halamannya itu harus berdiri. “Saya memang orang tidak berpendidikan tinggi, namun anak-anak di kampung saya tidak boleh seperti saya,” ujar Ibu Ningsih kepada Dewi.

Mendengar niat tulus Ningsih tersebut, hati Dewi akhirnya hatinya luluh juga. Dia pun memberikan dukungan kepada Ibu Ningsih untuk mendirikan sekolah di kampung halamannya itu. “Silahkan Ibu jalan dulu nanti kami pantau bagaimana perkembangannya,” nasehat Dewi untuk Ibu Ningsih.

Mendapat “restu” dari istri Bupati Bintan tersebut, Ningsih pelan tapi pasti memulai mewujudkan impiannya. Bermula dari rumah yang layak dikatakan “gubuk” Ibu Ningsih kini sudah punya bangunan yang layak untuk mendidik anak usia dini di kampung halamannya. Alhamdulillah.

Namun dalam perjalanan waktu, sekolah yang didirikan Ibu Ningsih mengalami kendala, terutama soal perizinannya. Salah satu isyarat untuk mendirikan sekolah itu adalah pengelola dan pengajar harus memiliki ijasah minimal setingkat SMA. Ternyata Ibu Ningsih tak punya ijasah sebagaimana yang dipersyaratkan karena dia hanya lulusan SD. Ini problem serius. Kami memacu Ibu Ningsih ikut Paket dan ternyata dia mau. “Alhamdulillah kini Ibu Ningsih sudah menyelesaikan ujian Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA),” ujar Dewi tersenyum bangga. Lega rasanya.

Dewi menyebutkan Ibu Ningsih telah menyebarkan “virus-virus” pendidikan anak usia dinia di Bintan. Ke depan diharapkan akan bermunculan Ibu Ningsih-Ibu Ningsih lainnya. *)

Dukungan Sang Suami

DUKUNGAN dari suami tercinta Ansar Ahmad sangat berarti bagi Dewi mengembangkan PAUD di Kabupaten Bintan. “Tanpa dukungan suami, saya ini apalah artinya. Saya bersyukur, di antara kesibukkannya sebagai kepala daerah dan ketua salah partai politik besar di Provinsi Kepri, suami saya tak pernah berhenti memberikan support dan dukungan kepada dirinya,” ujar Dewi.

Bentuk dukungan itu tidak hanya moral tapi juga dalam bentuk dana yang dianggarkan dalam APBD Kabupaten Bintan. Di Bintan pengelola dan guru PAUD mendapat subsidi Rp 400 ribu setiap bulannya sesuai dengan kemampuan daerah. Selain itu juga, guru-guru PAUD dibantu biaya pendidikannya jika melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Jumlahnya memang tidak seberapa, namun inilah dukungan pemerinah daerah terhadap PAUD ini.

Menurut Dewi, untuk mengembangkan PAUD di Bintan memang banyak kendala terutama dari segi geografis. Luas wilayah Bintan mencapai 87.717,84 Km2, luas daratan hanya mencapai 1,49% (1.319,51 Km2) dengan jumlah pulau sebanyak 241 pulau besar dan kecil dan 49 pulau yang berpenghuni serta 192 pulau kosong yang tersebar di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

“Anda bisa bayangkan kondisi geografis Bintan. Namun di sinilah seninya. Tantangan itu bukan untuk ditakuti atau dihindari, namun harus dijawab dengan semangat dan kerja keras,” katanya seraya menyebutkan kiat-kiat mengembangkan PAUD di Bintan.

Apa kiatnya? Dewi menyebut, “Setiap turun ke daerah saya selalu datangi ibu-ibu pengajian, kelompok arisan dan pos yandu. Saya tanya apakah ibu-ibu di sini sudah mendirikan lembaga pendidikan PAUD atau belum. Kalau belum, kapan lagi? Ayo ibu-ibu sekarang kita dirikan PAUD. Jangan menunggu esok. PAUD itu ibarat “virus”, dan virus itu harus disebarkan. Virus ini sangat baik, bukan berbahaya,” begitu Dewi selalu mengajak ibu-ibu di Bintan.

Dan ajakan Dewi menyebarkan virus-virus PAUD ini, terkadang dirinya mengajak suaminya Ansar Ahmad turun langsung ke lapangan mengikuti kegiatan ibu-ibu. Dan ini semakin memberikan semangat kepada ibu-ibu, karena merasa diperhatikan oleh pemimpinnya.

Menurut Dewi, masyarakat Bintan saat ini sudah terjangkit virus yang dulu disebarkannya. Hampir di setiap pelosok desa sudah berdri PAUD. Seiring dengan itu, orang tua yang selama ini “malas” dan tidak memperhatikan pendidikan anak-anak, sekarang malah berlomba-lomba menyekolah anaknya di PAUD.

Inilah kata Dewi yang patut disyukuri, PAUD yang dulunya hanya dianggap sebagai “barang mainan” sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok. Orang tua merasa berdosa jika anaknya sebelum masuk SD, tidak disekolahkan di PAUD. Inilah perkembangan zaman. Betapa besarnya peran orang orang tua dalam mengembangan potensi anak untuk menciptakan generasi emas di masa mendatang.

Siapa yang akan menyusul Ibu Dewi menyebarkan virus PAUD? Kita tunggu!

Tulisan lain yang berkaitan:

imgMereposisi Profesi Guru (Friday, 15 January 2016, 173 views, 0 respon) Oleh : Maswito Mantan Guru SMK Negeri 1 Kota Tanjungpinang, saat ini anggota Majelis Pendidikan Provinsi Kepri SEBUAH pengalaman menarik saya ingin...
imgGuru Pancarkanlah Cahayamu (Saturday, 30 November 2013, 389 views, 0 respon) Oleh : Maswito Kasubag Perencanaan dan Program Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, Kepri dan Pengurus ISPI Pulau Bintan,...
imgWiska Adelia Putri: Cerpenis Cilik dari Provinsi Kepri (Thursday, 7 March 2013, 850 views, 0 respon) Oleh: MASWITO, S.Pd. Guru SMK Negeri 1 Tanjungpinang dan Kabid Perlindungan Profesi dan HAM ISPI Pulau Bintan, Kepri DUNIA kepengarangan perempuan di...
imgDwi Cahya Ningsih (Saturday, 2 February 2013, 245 views, 0 respon) Oleh: Maswito, S.Pd Koordinator Bidang Perlindingan dan Hak Azazi Manusia Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Pulau Bintan, Provinsi...
imgBakiak (Saturday, 19 March 2011, 460 views, 856 respon) Oleh : Maswito Pengurus ISPI Pulau Bintan, Kepri Maswito, Pengurus ISPI Pulau Bintan MENCARI pekerjaan memang tak semudah yang dibayangkan. Ijasah...
Tulisan berjudul "Dewi “Bunda PAUD” Bintan" dipublikasikan oleh Admin ISPI (Monday, 18 February 2013 (18:51)) pada kategori Sosok. Anda bisa mengikuti respon terhadap tulisan ini melalui feed komentar RSS 2.0. Both comments and pings are currently closed.