KOTA—Saat ini masih banyak guru di Purbalingga yang menganggap pembelajaran sebagai kegiatan rutin, sehingga persiapanmengajar tidak dilakukan dengan maksimal. Akibatnya, proses pembelajran pun cenderung masih konvensional, di mana guru aktif-siswa pasif, dan guru pemain-siswa penonton.
“Berdasarkan pengamatan kami, persiapan dan apresiasi, pemanfaatan media, keterlibatan siswa, refleksi belum dilaksanakan dengan baik dan optimal oleh kebanyakan guru. Kedaan ini sangat memprihatinkan kami,” ujar Dra Jiah Palupi Twihantarti, pengawas Pendidikan Menengah pada Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga.
Jiah Palupi mengemukakan keprihatinannya itu ketika tampil dalam seminar dan diskusi panel “Menyatukan Idealitas dan Realitas Pendidikan di Purbalingga”. Kegiatan yang diikuti sekitar 200 guru se-Purbalingga itu diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Kabupaten Purbalingga, dan dibuka oleh Wakil Bupati Drs Heru Sudjatmoko, M.Si.
Sebelum seminar dan diskusi panel digelar, dilakukan pelantikan pengurus ISPI Purbalingga oleh Ketua ISPI Jateng, Prof Dr Trisno Martono. Ketua ISPI dijabat Drs Achmad Khotib, M.Pd, dibantu sejumlah pengurus lainnya.
Dalam seminar dan diskusi panel itu, tampil Ketua ISPI Prof Dr Trisno Martono, pengawas dari Dinas Pendidikan Drs Supardan, MM,. Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Drs Azhari M.Pd, guru SMPN 1 Bojongsari Drs Pieter Sangalewar M.Pd, Kepala SMK Muhammadiyah Bobotsari Drs Fauzan, dan Sasno, S.Pd Kepala Sekolah SDN 3 Gunungwuled.
Jiah Palupi selanjutnya memaparkan, ada banyak ekndala mengapa guru-guru di Purbalingga belum semuanya menjadi guru yang kompeten dan profesional. Antara lain, beban kerja yang teramat berat, kondisi mayoritas siswa yang kemampuan akademik maupun ekonominya menengah ke bawahkondisi guru yang bervariasi dan keterbatasan anggaran serta fasilitas sekolah.
“Masih banyak keterbatasan yang dihadapi guru dala tugasnya. Namun hal itu jangan dijadikan tameng ketidakprofesionalan guru. Guru harus tidak pernah berhenti untuk meningkatkankompetensinya agar dapat tampil prima di setiap perannya,” ujar Jiah Palupi.
Untuk mewujudkan guru yang profesional, lanjut Jiah, diantaranya perlunya supervisi dan pembinaan yang sistematis bagi para guru oleh pengawas dan kepala sekolah. Juga perlunya revitalisasi dan pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), peningkatan frekuensi guru untuk mengikuti diklat/workshop, dan guru pemegang sertifikat pendidik harus berani mangalokasikan sebagian tunjangannya untuk membeli fasilitas yang mendukung pekerjaannya. Misalnya berlangganan internet lewat speedy di rumah. (prs)
Comments 64