Oleh : Wibowo, S.Pd. (Guru SMP Kesatrian 1 Semarang)
Menulis merupakan bentuk kegiatan yang mengasyikkan lho. Karena di sana kita dapat menuangkan segala bentuk yang menjadi angan-angan kita. Jadi kegiatan menulis janganlah dianggap sebagai pekerjaan yang menjengkelkan. Pada dasarnya setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan perasaannya. Hanya saja yang sering kita lakukan adalah menyampaikan perasaan kita dengan menggunakan ungkapan bahasa verbal. Kita bercerita kepada orang lain tentang pengalaman kita, baik yang bersifat menyenangkan maupun yang menyedihkan. Nah sekarang ini bukan saatnya lagi!. Tuangkan saja unek-unek yang ada dalam hati melalui tulisan. Mengapa begitu. Karena kalau kita mengungkapkan persoalan dengan jalan menceritakannya kepada orang lain, bisa jadi persoalannya akan menjadi bertambah runyam. Apalagi kalau kita salah ngomong.
Menceriterakan sesuatu secara langsung kepada orang lain bila kita salah omong sering kali menjadi susah bila kita akan meralatnya. Tetapi bila melalui tulisan, maka sebelum kita publikasikan kita dapat mengoreksinya terlebih dahulu. Nah menjadi amankan menyampaikan sesuatu persoalan menggunakan tulisan?.
Di samping itu, cara menuangkan persoalan dengan menggunakan tulisan menjadikan kita tidak terpancang oleh waktu. Coba banyangkan apabila ditengah malam kita kepingin curhat, lantas orang yang akan kita ajak curhat sedang istirahat. Kan persoalan ganjalan dalam hati kita tidak segera terselesaikan. Tetapi kalau menuangkannya melalui tulisan, kita dapat saja menuangkan kapan kita mau tanpa ada kendala.
Jadi, sebetulnya asyik kan menulis itu? Lantas apa yang menjadi persoalan?. Yang sering menjadi persoalan sebenarnya adalah kita kurang percaya diri untuk menulis. Bagi pemula yang sering ditanyakan adalah bagaimana memulai tulisan kita. Sebetulnya kegiatan permulaan menulis tidak usah terlalu kita pikirkan, karena kita dapat memulainya dari mana saja. Langkah yang tepat dalam mengawali menulis adalah silahkan tulis apa yang ingin kita tulis. Ketik saja sesuai dengan keinginan konsep yang ada dalam pikiran kita. Seperti halnya kalau kita akan mengungkapkan persoalan/ ide kita kepada orang lain, tentunya ketika kita akan memulainya juga tidak begitu masalah kan?. Nah dalam menulis juga demikian, kita dapat memulai dari mana saja, misalnya dimulai dari sekedar basa basi / ilustrasi permasalahan yang akan kita sampaikan, setelah itu kita dapat masuk kedalam permasalahan yang sebenarnya ingin kita ungkapkan. Jadi, mudah kan!
Jangan takut menulis.
Dalam menulis, bagi pemula pastilah akan mengalami banyak kendala, mulai dari rasa takut membuat kesalahan, kurangnya rasa percaya diri, terlalu perfeksionis pada awal belajar menulis atau terlalu berpusat pada pendapat orang lain bahkan sampai memiliki perasaan tidak bisa menulis. Kesemua hal di atas tentu saja akan sangat mengganggu kita dalam menulis. Bisa jadi, segala ide yang muncul menjadi sia-sia karena semuanya terkubur kembali dalam dasar otak akibat rasa ketakutan kita. Hal mendasar yang menjadi hambatan dalam menulis sebenarnya adalah kurangnya rasa percaya diri dan takut melakukan kesalahan.
Dua hal ini, sering kali menghinggapi diri kita. Kalau kita cermati, sebetulnya dalam diri kita tersimpan ketakutan-ketakutan yang tidak wajar, yang senantiasa menghalangi kita dalam menulis. Kenapa saya menyebutnya sebagai ketakutan yang tidak wajar? Karena, apa yang kita takutkan sebenarnya belum terjadi atau bahkan tidak akan pernah terjadi. Untuk itu jangan takut untuk menulis.
Cobalah untuk tetap menulis walaupun dengan perasaan yang takut membuat kesalahan sekalipun, karena dengan begitu kita akan menjadi semakin terbiasa. Kegiatan menulis, merupakan sebuah ketrampilan layaknya kita belajar sepeda. Belajar naik sepeda merupakan ketrampilan. Tidak ada teori bagaimana caranya belajar naik sepeda. Metode yang ada adalah naik dan kayuhlah. Memang untuk pertama kali kita akan terjatuh. Tetapi dengan latihan yang terus menerus dan rutin maka kita akan dapat menaiki sepeda dengan sendirinya.( Heri Jauhari, Drs. M.Pd, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, hal 20)
Begitu juga dengan menulis, metode yang tepat adalah tulislah apa yang sedang kita inginkan dan kita pikirkan. Dari tulisan yang telah ada tersebut barulah kita cermati ulang kekurangannya, kemudian diadakan penyempurnaan-penyempurnaan seperlunya. Mudahkan? Bila terjadi kesalahan, bukanlah merupakan kebodohan kita tetapi merupakan bahan pelajaran dalam proses pengembangan diri. Kesemuanya itu justru menjadi pelajaran yang sangat berharga dan menjadi bahan pelajaran untuk lebih membuat kita menjadi trampil. . Jika kita terus menerus mengalami ketakutan dalam menulis (takut membuat kesalahan), maka kita tidak akan pernah belajar dari kesalahan yang kita buat. Padahal, setiap kesalahan adalah salah satu bentuk proses yang harus dilalui dalam pengembangan diri kita.
Kurangnya rasa percaya diri dalam menulis muncul juga sebagai akibat dari rendahnya apersepsi diri kita terhadap kemampuan diri sendiri. Hal ini mengindikasikan adanya konsep diri yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, kita perlu mengubah konsep diri kita menjadi lebih baik. Setiap orang mempunyai talenta dan kemampuan yang perlu diasah serta dapat dikembangkan. Ingat setiap orang mempunyai sisi-sisi berharga yang dapat dikembangkan menjadi sebuah kunci kesuksesan dalam hidupnya. Tidak terkecuali dengan menulis. Menulis adalah salah satu kemampuan yang dapat dikembangkan oleh setiap orang karena bersifat in potentia (merupakan potensi dalam diri setiap orang).
Menulis bisa dikembangkan dan tidak memerlukan bakat khusus. Adalah salah, jika orang tidak percaya diri dalam menulis, dan akhirnya tidak mau menulis sama sekali. Kita harus belajar menghargai diri sendiri, menyakinkan diri, bahwa kita mampu dan berpotensi menulis dengan baik. Belajar menulis adalah salah satu sarana kita dalam meningkatkan rasa percaya diri. Dengan terus belajar, kualitas tulisan kita pun akan menjadi semakin baik.
Penyakit kita yang lain adalah Perfeksionis. Sikap ini perlu kita waspadai. Karena belum apa-apa kita sudah berkeinginan menghasilkan karya yang luar biasa (sempurna). Memang, setiap orang berkeinginan untuk selalu menghasilkan karya yang sempurna atau bekerja dengan hasil yang baik. Tetapi kita harus selalu sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Kita sebagai mahluk tentu saja memiliki kekurangan dan ketidaksempurnan. Wajar saja kalau suatu ketika tulisan yang kita buat, hasilnya belum memuaskan. Kunci dalam mengatasi sikap perfeksionis ini adalah dengan jalan kita harus ikhlas menerima segala kekurangan dan hambatan yang ada. Ketika kita mau menyadari bahwa kekurangan dalam menulis adalah hal wajar serta merupakan fase yang pasti dilalui oleh siapa pun yang baru belajar, kita akan semakin sadar bahwa kita memang harus menempuh proses panjang ini. Justru dari ketidaksempurnaan itu kita dapat belajar bagaimana cara mengantisipasi hal-hal seperti itu di kemudian hari.
Terlalu fokus pada pendapat orang lain juga merupakan hal lain yang perlu kita waspadai. Kita memang membutuhkan pendapat orang lain, saran maupun kritikan. Namun jangan sampai kita terjebak pada pendapat orang tersebut sehingga membuat kita tidak berani menulis sesuai dengan diri kita sediri. Dalam penulisan sebuah karya, dibutuhkan ketegasan diri. Terlebih lagi apabila kita hanya taklit kepada pendapat seseorang tanpa mau meng- combain-kan dengan pendapat yang lainnya. Ini sangat berbahaya. Karena, akan menjadikan karya kita tidak memiliki elektabilitas. Nilai jual dari sebuah tulisan juga sangat ditentukan oleh ciri dan karakter dari si-penulisnya. Oleh karena itu, hendaknya kita mempunyai prinsip-prinsip yang jelas tentang berbagai hal sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh pandangan orang lain. Yang jelas, ciri khas dari tulisan kita seringkali menjadikan nilai tambah tersendiri bagi pembaca. Dan ini penting untuk meningkatkan daya jual serta mengangkat rasa percaya diri kita. Kritik dan saran dari orang lain tidak boleh kita abaikan. Tetapi, kita juga tidak boleh menanggapinya secara berlebihan. Jangan takut kritik, anggap saja konsultasi gratis. Critical it’s OK, but we have prinsiple. Let do writte man’s.
Kepekaan menangkap ide.
Seperti yang telah kita bahas diatas, bahwa berlatih menulis sama halnya berlatih menaiki sepeda, dimana perlahan tapi pasti kita harus senantiasa mengasah kepekaan kita. Sebenarnya ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengasah kepekaan menangkap ide, diantaranya dengan membaca. Membaca apa saja, buku misalnya, baik berupa fiksi maupun nonfiksi. Membaca artikel berita, opini di media massa, cerpen, ataupun novel. Selain untuk mempertajam intuisi, membaca juga merupakan jalan untuk menambah wawasan dan referensi. Siapa tahu berguna untuk tulisan kita nantinya. Dan bahkan tidak jarang ide-ide juga dapat muncul dari kegiatan membaca tersebut.
Mengasah kepekaan ide juga dapat dilakukan dengan menonton berita di tv, atau acara-acara lainnya, bahkan termasuk infotainmen juga dapat menjadi lahan untuk mengasah kepekaan kita terhadap suatu hal. Mengobrol atau diskusi dengan teman juga dapat mengasah pisau analisis kita terhadap suatu masalah sekaligus memperluas cakrawala pemahaman kita terhadap suatu permasalahan. Tentu saja kegiatan tersebut tidak dengan serta merta menjadikan kita menjadi sempurna layaknya seorang ahli dalam memberikan advise, tetapi paling tidak memberikan pencerahan atau setitik cahaya terang untuk menjernihkan pikiran kita dari kebuntuan ide-ide. Bahkan sering kali sesuatu hal yang nampaknya tidak kita sadari pun dapat melahirkan sebuah ide. Sebagai contoh ketika penulis mampir disebuah warung tenda, walaupun hanya sebuah warung sederhana tetapi yang datang dan makan di warung tersebut terdiri dari berbagai macam strata sosial. Dan anehnya mereka menyukai masakan nasi rames. Nasi rames atau sego rames merupakan percampuran dari berbagai jenis masakan yang diramu menjadi satu, dengan menghasilkan rasa yang khas. Dari kejadian itu penulis tersadar dengan kondisi negara kita yang mudah tersulut emosinya. Perkelahian antar mahasiswa, disintegrasi, kehilangan rasa kepercayaan dan sebagainya, maka penulis menuangkannya dalam tulisan dengan judul ”Nasionalisme ala sego rames”. Harapan penulis, semoga kita dapat berkaca dari pluralisme nasi rames, yang memang tersusun dari berbagai menu masakan tetapi tidak saling mempermasalahkan. That is all right and no problem.
Membangun motivasi.
Sekadar mengingatkan saja bahwa menulis itu adalah keterampilan. Sehingga dengan sendirinya jelas membutuhkan latihan yang terus menerus. Beberapa orang berhenti melakukan kegiatan setelah mengalami satu kali kegagalan tetapi yang lainnya dapat berhasil mengatasi kegagalan tersebut dan menjadi lebih maju. Karena seringkali kita melupakan pentingnya “anugrah” berupa kegagalan tersebut, (Nistain Odop, Gagal Itu Baik). Kegagalan merupakan anugrah, karena dengan kegagalan itu kita menjadi tahu atas kesalahan yang kita perbuat. Maka dari itu, bagaimana cara kita agar dapat memandang sebuah kegagalan itu berubah menjadi sebuah anugrah, adalah dengan membangun sebuah motivasi.
Tanpa motivasi orang tidak akan dapat melakukan apa-apa. Untuk itu motivasi menulis harus terus ditumbuhkan jangan sampai hilang. Jika kita kehilangan motivasi, segalanya akan menjadi gagal. Itu sebabnya, memupuk motivasi sangat diperlukan. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk membangkitkan motivasi menulis, antara lain : menjadikan menulis sebagai kegiatan ibadah, sebagai upaya perjuangan pengembangan diri, sebagai tempat rekreasi spriritual, juga dapat dilakukan dengan cara memberikan ruang terhadap karya-karya kita serta bergabung dengan komunitas penulis.
Jadikanlah menulis itu bagian dari ibadah, karena dengan cara seperti itu kita akan termotivasi untuk terus menulis. Sebab dalam benak kita akan ditumbuhi oleh rasa ingin mendapatkan ridho dari Tuhan Yang Maha Esa. Mengapa menulis termasuk ibadah? Karena dalam kegiatan menulis berarti kita telah menjalankan perintah Tuhan untuk mencoba melakukan watawa saubil haqi, watawa saubish shobri, – saling mengingatkan untuk melakukan kebaikan dan sabar – agar besok tidak menjadi orang yang merugi. Jika motivasi menulis kita adalah ibadah, insya Allah akan lebih ajeg dijalani. Dan, kita akan tertantang untuk terus menulis karena jika tidak menulis, berarti kita tidak melaksanakan ibadah. Ibadah untuk menyampaikan informasi tentang kebaikan dan
hal-hal bermanfaat lainnya kepada orang lain.
Menulis, juga sebagai proses perjuangan pengembangan diri. Banyak orang berjuang dengan apa yang bisa dan mampu dia lakukan sebagai upaya mengembangkan eksistensinya ditengah masyarakat. Berjuang untuk kehidupan yang lebih baik demi masyarakat kita dan bangsa tercinta. Berjuang tidak harus dengan mengangkat senjata. Dapat juga kita lakukan dengan jalan menawarkan gagasan lewat untaian kalimat yang mencerahkan dan memberikan solusi jitu. Insya Allah, menulis yang didasari karena bagian dari perjuangan akan memberikan tenaga tambahan kepada kita untuk terus menggoreskan pena atau mengetuk-ketuk tuts keyboard komputer. Teruslah berjuang mengembangkan potensi diri untuk meraih kemajuan.
Dengan kegiatan menulis kita juga dapat mengadakan rekreasi spiritual. Karena dengan menulis kita dapat menyalurkan kadar keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menuliskan berkas cahaya keimanan kita, menuliskan hal-hal tentang pencerahan bathin, bahan-bahan ceramah dan lain sebagainya yang pada gilirannya menjadikan keimanan kita semakin meningkat. Subhanallah.
Untuk lebih memotivasi diri kita, ciptakanlah bentuk penghargaan sederhana terhadap tulisan-tulisan kita dengan cara menampilkan hasil tulisanan tersebut, dengan membuat mading sederhana di rumah kita atau dibukukan dalam bentuk sederhana dalam kliper, misalnya. Dengan begitu kita akan merasa terpuaskan dan bersemanagat untuk menghasilkan karya-karya yang lainnya. Dapat juga kita tulis dimading sekolah atau majalah kampus agar lebih memberikan suport yang kuat kepada diri kita.
Tidak ada salahnya bila kita bergabung dengan komunitas kepenulisan. Ini juga insya Allah bisa membantu kita mempertahankan dan bahkan meningkatkan motivasi menulis kita. Dengan cara sharing kepada teman penulis maka kita dapat meraih pengalaman dari situ. Tidak hanya sebatas motivasi tetapi peluang-peluang pengembangan kreatifitas kita juga dapat terpupuk dari sana.
Langkah menulis.
Sebelum proses penulisan dilakukan, yang tidak boleh kita tinggalkan adalah proses pengendapan. Pada proses ini seorang penulis meng-eksploitasi dirinya, menggali seluruh kemampuannya: kemampuan mensintesis, menganalisis, mengkombinasikan, mereduksi terhadap permasalahan yang akan dituliskan. Juga mencari benang merah dari suatu permasalahan yang dihubungkan dengan beberapa sudut pandang sehingga permasalahan yang akan ditulis dapat berbobot. Disinilah kita dituntut untuk sejenak menguraikan pemaknaan dari ide-ide kita. Biasanya langkah yang dilakukan adalah memilih topik. Memilih topik sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih topik antara lain ; carilah yang sedang menjadi tren, pilih yang dekat dengan kebanyakan sasaran pembaca kita.
Langkah berikutnya adalah membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan atau outline berfungsi untuk membatasi apa yang harus kita tulis. Hal ini sangat penting agar apa yang akan kita bahas menjadi lebih terfokus dan tidak melebar kemana-mana. Dengan membuat kerangka tulisan, kita akan mudah untuk menentukan maksud dan arah tulisan. Untuk membuat kerangka tulisan ini, beberapa hal yang perlu kita perhatikan adalah paparkan fakta-fakta seputar tema yang akan kita bahas. Kemudian lakukan penilaian atas fakta-fakta itu baik dari sudut pandang rasional maupun teoritis. Selanjutnya kumpulkan bahan-bahan pendukung argumentasi kita. Dan jangan lupa simpulkan dari uraian yang telah kita paparkan.
Jangan lupa buatlah judul yang menarik, agar pembaca menjadi tertarik untuk menelusuri tulisan kita. Sebab, jika judul yang kita buat tidak menarik mungkin tulisan kita akan dilewati begitu saja, padahal, boleh jadi isinya sangat menarik. Judul yang menarik, tidak saja membuat orang penasaran untuk membaca tulisan kita, tapi juga menunjukkan kelihaian kita dalam mengolah kata-kata.
Jangan lupa pula membuat subjudul. Dengan subjudul, akan sangat membantu kita untuk menggolongkan dan membatasi pembahasan. Pembaca pun dibuat mudah membaca alur tulisan yang kita rangkai. Sehingga mereka terus bertahan untuk mengikuti tulisan kita sampai habis. Mereka juga akan sangat terbantu memahami apa yang kita tulis. Itu sebabnya, subjudul menjadi begitu penting dalam sebuah tulisan. Dan kesemuanya itu akan lebih sempurna bila kita mempunyai banyak perbendaharaan kosa kata. Sebab, menulis adalah keterampilan mengolah data dalam suatu rangkaian kata-kata. Sukses untuk Anda !
Comments 963