Prof. Sunaryo Kartadinata
Saturday, 26 October 2013 (10:00) | 771 views | Print this Article
Oleh : H. Sutan Zaili Asril
Wartawan Senior Harian Pagi Padang Ekspres
Sungguh Cucu Magek Dirih terkaget-kaget mengikuti/mendengarkan/mencermati kuliah umum Sunaryo Kartadinata yang menandai pembukaan semester ganjil Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang di Kampus Sudirman Padang, Sabtu 15 September 2013. Kaget karena pada kapasitasnya sebagai Rektor UPI/Ketua Umum PB ISPI, ia tak terlibat/dilibatkan Mendikbud M Nuh dalam penyusunan Kurikulum 2013; karena pada dasarnya, ternyata, ia menolak kurikulum 2013—karena sudah jadi kebijakan yang tergopoh ia mengusulkan supaya dilakukan langkah pilotting kurikulum 2013; dan sesungguhnya tidak ada yang salah/perlu diubah pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas—kecuali karena tak ada kata/kalimat ”pendidikan karakter” yang mencuat secara latah. Sesungguhnya, berdasarkan kapasitas/penguasaan masalah dan posisinya, Sunaryo selayaknya memangku posisi yang mengambil kebijakan sistem pendidikan nasional—Cucu Magek Dirih yang memimpikan demikian.
SEBAGAI mahasiswa pascasarjana pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang, Cucu Magek Dirih merasa sangat beruntung dapat hadir/mengikuti kuliah umum dengan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Dr H Sunaryo Kartadinata MPd, Sabtu (15/9) di kamopus Sudirman Padang—pada tempatnya Direktur Pascasarjana Prof Awiskarni/Rektor Prof Makmur Syarif mendatangkannya untuk memberikan studium general tahun semester ganjil 2013. Topik kuliah umum tentang Kurikulum 2013 yang sedang diberlakukan pada 6.500 unit sekolah dasar/sekolah menengah pertama/sekolah menengah atas/sederajat di seluruh daerah Indonesia terhitung medio Agustus 2013. Mendikbud Mohammad Nuh pula menampakkan antusiasmenya dengan menyebut: selain 6.500 unit sekolah yang diikutkan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, juga ada banyak lagi sekolah negeri/swasta yang berkeinginan ikut serta. Dalam kuliah umum Prof Surnayo menyampaikan pandangan dan rekomendasi, yang di antaranya membuat Cucu Magek Dirih terkaget-kaget.
Sunaryo Kartadinata lahir di Ciamis, Jabar, 21 Maret 1950 (umur 63 tahun), seorang guru besar UPI (dulu IKIP Bandung) dan rektor UPI periode 2005-2010/2010-2015, yang juga Ketua Umum Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) periode 2009-2014. Ahli ilmu bimbingan konseling pendidikan ini meraih master bimbingan konseling pada IKIP Bandung (1983), sandwich program di University of New York (1986), dan gelar doktor dalam ilmu bimbingan konseling IKIP Bandung (1988). Sunaryo, Ketua Umum PB Asosiasi Bimbingan Konseling (ABKIN, 2001-2006), Ketua II ISPI di Jakarta (2004-2009), Ketua Majelis Eksekutif Asosiasi LPTK Indonesia (2005-2010), Ketua Umum Forum Pendidikan Anak Usia Dini Jawa Barat (2006-2011), Pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM (2010-2015), Ketua Umum ISSE Bandung (2002-sekarang), Ketua Dewan Pembina PB Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK, 2012-sekarang), Dewan Penasihat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jabar (2012-sekarang), dan Ketua Umum ISPI (2009-sekarang).
Sebagai pakar, Soenaryo ditemukan dua buku ditulisnya. Yaitu, Sunaryo Kartadinata, Membangun Keutuhan Bangsa Melalui Pendidikan dalam Bingkai Utuh Sistem Pendidikan Nasional, UPI, 2009; Sunaryo Kartadinata, Mewujudkan visi Leading and Outstanding dalam Pendidikan Tenaga Kependidikan, UPI, 2008. Karena mempertimbangkan empat buku lain yang berkaitan dengan keberadaan/peran Sunaryo, maka Cucu Magek Dirih membeli satu buku pertama. Empat buku berkaitan adalah: Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian Satu Pendidikan Teoritis, Imtima, 2007; Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian Dua Ilmu Pendidikan Praktis, Imtima, 2007; Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian Tiga Pendidikan Disiplin Ilmu, Imtima, 2007; dan Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan, Bagian Empat Pendidikan Lintas Bidang, Imtima, 2007. Jadi, walau baru bertemu directly di kuliah umum, Cucu Magek Dirih sudah ”mengenal pikiran” Soenaryo sebelumnya.
Kurikulum perangkat mata pelajaran/program pendidikan yang diberikan penyelenggara pendidikan, berisi rancangan pelajaran untuk peserta didik/satu periode pendidikan. Perangkat mata pelajaran disesuaikan keadaan/kemampuan jenjang pendidikan/kebutuhan kerja. Waktu kurikulum disesuaikan maksud/tujuan sistem pendidikan. Kurikulum untuk mengarahkan pendidikan menuju tujuan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Satu fungsi kurikulum, alat mencapai tujuan pendidikan. Pada kurikulum ada komponen pokok/penunjang saling berkaitan-berinteraksi. Merupakan satu sistem dari berbagai komponen saling berkaitan/tidak bisa dipisahkan satu dan lainnya. Para ahli berbeda pendapat menetapkan komponenn kurikulum. Ada yang mengemukakan 5 komponen: komponen tujuan; komponen isi/materi; komponen media (sarana/prasarana); komponen strategi; dan komponen PBM. Atau 4 komponen: objective/tujuan; knowledges/isi/materi; school learning experiences/interaksi belajar mengajar di sekolah; evaluation/penilaian. Intinya: tujuan; isi dan struktur kurikulum; strategi pelaksanaan proses belajar mengajar, dan evaluasi.
Fungsi-fungsi kurikulum pendidikan: pertama, kurikulum sebagai alat mencapai tujuan pendididkan. Ditentukan: kurikulum alat mencapai tujuan pendidikan nasional, program yang dilaksanakan guru/murid dalam PBM; pedoman guru/siswa dan PBM berjalan dengan baik. Kedua, kurikulum bagi sekolah: alat mencapai tujuan pendidikan; pedoman dalam mengatur semua kegiatan PBM di sekolah: jenis program, cara menyelenggarakan, siapa bertanggung jawab. Ketiga, kelanjutan tingkat di atasnya (kesinambungan)/mengetahui kurikulum di tingkat bawahnya; penyiapan tenaga guru/materi: isi/organisasi/cara mengajar. Keempat, bagi guru yang melaksanakan dan mengembangkan kurikulum. Kelima, bagi kepala sekolah/barometer untuk pengukur keberhasilan program sekolah. Keenam, kurikulum bagi pengawas (supervisor): pedoman, patokan, atau ukuran, penyempurnaan. Ketujuh, kurikulum bagi masyarakat: tahu akan pengetahuan/sikap/nilai/keterampilan dibutuhkan apa relevan dan atau tidak. Kedelapan, kurikulum bagi pemakai lulusan: instansi/perusahaan dan peningkatan produktivitas.
TOPIK yang diketengahkan Sunaryo, Implementasi Kurikulum 2013: Antara Prospek dan Tantangan. Agar agak paham, Cucu menjajarkan sejarah perkembangan sistem pendidikan nasional Indonesia, dimulai dengan Rencana Pelajaran 1947—kurikulum pertama di RI dan istilah kurikulum belum digunakan. Lalu, Rencana Pelajaran 1954, Kurikulum 1968—kurikulum terintegrasi pertama Indonesia, Kurikulum 1975—kurikulum rinci yang disebut Sunaryo sebagai ”kurikulum terbaik pernah dimiliki sistem pendidikan nasional Indonesia”, Kurikulum 1984—merupakan penyempurnaan kurikulum 1975 (pada catatan Cucu Magek Dirih, Kurikulum 1984 disusun oleh Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional dibentuk Presiden Soeharto tahun 1979 dipimpin Prof Slamet Iman Santoso sebagai Ketua/Ketua LIPI Prof. Tubagus Tivai sebagai wakil ketua, dan bekerja keras selama 14 tahun—Mendikbud Daoed Joesoef menyediakan segala kebutuhan KPPN sampai ditetapkan Kurikulum 1984), lalu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004—belum diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia/beberapa sekolah mengujicoba, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006—KBK jiwa KTSP/KTSP mengadopsi KBK—yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan, dan Kurikulum 2013.
Surnaryo berbicara empat hal—Cucu Magek Dirih mencatat layaknya masih wartawan: pertama, tentang titik-titik kritis pendidikan di Indonesia, antara lain, bahwa pendidikan di Indonesia saat itu dituding sebagai tidak membentuk karakter; perilaku kekerasan di tengah masyarakat; mutu pendidikan dianggap rendah: nilai ujian dan pemerintah: test siswa berstandar internasional; dan kurikulum tidak membangun generasi masa depan yang gemilang. Kedua, kurikulum 2013 mestilah tentang penyiapan manusia Indonesia di masa depan; kesalahan bahwa Kurikulum 2013 tidak berdasarkan riset: perkembangan manusia dibawa kemana?; gambaran manusia Indonesia 20 tahun ke depan (justru Thailand sudah melakukan, memiliki gambaran manusia Thailand tahun 2020). Titik kritis lain, ledakan 60 persen penduduk persen penduduk Indonesia usia 20-50 tahun akan menjadi usia produktif (2034). bonus demografi, bagaimana penduduk meningkat tajam menjadi bonus benar-benar; bagaimana dengan PAUD versus perguruan tinggi, tidak jadi generasi loss (generasi yang khilaf); dan kesanggupan perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang produktif; apa kurikulum 2013 mampu menerapi titik kritis pendidikan; membangun kesadaran warga Indonesia sebagai warga ASEAN/belum punya strategi masyarakat Asia Raya 2015.
Nah! Seperti apa pendidikan Indonesia tahun 2045? Keberadaan teknologi informasi: TI akan menjadi kurikulum baru; kehidupan yang semakin kompleks: defisit lingkungan; keniscayaan determinasi aspek lokal; defisit lingkungan memaksa mendorong menonjolan aspek/potensi lokal—mendorong perkembangan produksi/perekonomian lokal; membangun kultur berinovasi: berpikir kritis/kecakapan berpikir tinggi, kebersungguhan dan mencari pembaharuan/melakukan perubahan, melalui proses pendidikan; apa yang dapat diperbuat dengan mengetahui sesuatu; cara kerja berdasarkan komunikasi/kalaborasi; dan bagaimana Indonesia memasuki pasar kerja global;warga dunia/global, daya saing (living in the world). Dan bagaimana reposisi pendidikan? Calon guru harus dibekali dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013, kata Soenaryo, berimplikasi pada kurikulum di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Pendekatan kurikulum LPTK harus menekankan metode observasi, nalar dalam sains, sosial, dan budaya. Mendikbud M Nuh membenarkan hal itu.
Sosialisasi dilakukan di dua lokasi; Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan UPI, dihadiri ribuan guru/kepala sekolah/pengawas se-Jawa Barat. Mendikbud menegaskan pendekatan materi yang diajarkan di LPTK bersumber dari Kurikulum 2013. Calon guru diperkuat materi Kurikulum 2013. LPTK melakukan pendampingan saat pelatihan guru.
Kurikulum 2013 kata Nuh, menyiapkan generasi yang kuat dari sisi ilmu, sikap, dan ketrampilan. Metode pengajaran lebih menekankan pada metode siswa aktif dengan observasi, penalaran, dan analisis. Sunaryo mengatakan tematik integratif di dalam Kurikulum 2013 sudah lama menjadi substansi pembahasan di LPTK. Namun, perlu waktu mengimplementasikan pada guru-guru. Sunaryo menegaskan hal utama dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah memperkuat pemahaman terhadap kurikulum secara utuh sehingga strategi implementasi terus membangun proses penyelenggaraan pendidikan, yang tidak hanya makro, tapi, justeru mikro: bagaimana implementasi/evaluasi tidak hanya pada murid/lulusan, bagaimana penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan. (*)
Sumber : Padang Ekpres
Tulisan lain yang berkaitan:




